Selasa, 15 Desember 2009

DUNIA Diam tanpa Kata

Rangkaian huruf itu tersusun rapi
Mengalir bagai air
Diam seribu bahasa
Tanpa kata, Tanpa Cinta

Kau hadir bagai lentera
Cahaya berpijar ke Penjuru arah
Ustadku mengapa kau diam tanpa kata
Membuatku kikuk tak bermakna

Hari ini kusapa dengan mesra
Mencoba untuk bernostalgia dengannya
Tapi apakah ini sia-sia
Jawabnya tak seperti yang kuminta

Setiap hari kita bersua
Bertukar cerita, berbagi suka
Bukankah begitu seharusnya
Tapi ternyata hanya hampa yang kurasa

Beda tempat beda berita
Baiklah, lain kali kucoba …

Surat cinta dariku

Jika kau adalah sahabatku, maka inilah sebuah pesan yang sudah begitu lama ingin ku sampaikan padamu …

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Dari lubuk hatiku yang paling dalam
menyeruak satu sumpah, sebagai bagian dari rasa syukurku yang agung. Sungguh,
kebahagian utamaku berada dalam setiap tegur sapa, canda riang dan
nasihat-nasihat antum.

Ikhwan dan akwat fillah …

Perenungan panjang malam ini
mengantarkan kesadaran suci akan besarnya nilai antum bagiku. Dalam setiap
interaksi pangjang aktivitas kita selalu ada keyakinan akan hidup yang
bernilai. Ingin kusampaikan dengan jujur, nilainya lebih utama bagiku dari dunia
dan segala isinya. Itulah mengapa dipenghujung harapanku selalu terselip
permohonan semoga Allah mengekalkan nikmat ini bagiku.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Ijinkan aku mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada antum, atas semua perhatian dan cinta kasih yang antum
berikan. Bagiku, antum adalah harta terbesar dari kehidupan yang miskin hari
ini. Ketika ketulusan dicabut dari hati-hati manusia, antum hadir dengan senyum
ikhlas dan do’a keselamatan, senantiasa bersedia menampung semua keluh kesah
dan kelemahan hatiku, serta selalu ridho menerima semua keterbatasan diriku.
Antum sepenuh perhatian membuatku bahagia.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Laksana berlian, seperti itulah
rasa cinta yang keluar dari setiap sudut hatiku. Ingin kusematkan ke dalam
setiap jiwa antum dengan peniti keikhlasan. Kan kujaga agar tetap bersinar,
bersih dari debu-debu prasangka dan pamrih dunia. Karena itu pula aku mohon bantu
aku untuk menjaganya. Bukankah cara yang terbaik adalah tetap menjaga
langkah-langkah kita di dalam jalan dakwah ini.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Dunia serasa runtuh dan langit
seolah terbelah. Begitulah selalu suasana hatiku ketika ada di antara kita yang
harus tersisih dari jalan ini. Ingin rasanya kutebus dengan segenap jiwaku.
Agar dapat kau lihat merah darahnya yang bercahaya karena marah. Kecewa dengan
segenap kelemahan diri. Seolah ingin menegaskan, katakanlah alas an engkau
berpaling maka akan aku bayarkan dengan yang jauh lebih baik dan suci.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Dari
lubuk hatiku yang paling dalam menyeruak satu sumpah, sebagai bagian dari rasa
syukurku yang agung. Sungguh kebahagian utamaku berada dalam tsetiap tegur
sapa, canda riang, dan nasihat-nasihat antum. Biarlah kita renda selalu
kebersamaan yang suci ini. Karena Rasulullah saw bersabda
Para wali abdal umatku tidak akan masuk
surga karena banyaknya sholat mereka, tidak pula karena puasa. Akan tetapi
mereka akan masuk surga karena dada yang selamat, jiwa yang pemurah, dan

Di Persimpangan aku kini

Terasa berat beban terangkat saat ini
Sepertinya diriku dipersimpangan yang tak tentu arah
Antara hak dan kewajiban memang beriringan dan bersinergi
Tapi aku selalu diposisi ini

Mungkin kalian tak akan pernah mengerti
Karena memang tak pernah kubagi beban ini
Belum pernah kutemukan labuhan hati ini berbagi
Karena hanya kesalahan yang akan kutemui dan cemo-ohan lagi-lagi

Setiap kata kini tak lagi berarti
Entah sampai kapan akan seperti ini
Doakan ya akhi …
Semoga saja nanti …

UKHUWAH, kau di mana?

Kucoba merangkai kembali kata demi kata, walaupun ku tahu rasanya cukup sudah, bahkan HENTIKAN sajalah segalanya!!! Biar tak kurasakan lagi perihnya luka ini …
Akhi fillah … ? (Siapapun itu yang berhak menyandangnya). UKHUWAH kini tak lagi berkesan, karena hanya sebatas lisan, bahkan cenderung menjadi beban !. Bak’ malam tanpa hadirnya sang rembulan. Hal ini mengingatkanku pada bait-bait syair yang begitu mengesankan dari team nasyid negeri Jiran “Brother” …
“Selama ini ku mencari-cari
teman yang sejati
buat menemani perjuangan suci
Bersyukur kini pada-Mu Ilahi
Teman yang dicari selama ini
Telah kutemui … “
INDAH bukan !!!
Akhi … tapi sayangnya sampai saat ini pencarianku belum mendapatkan hasil. Kawan yang dicari bahkan belum kutemui sama sekali, bahkan semuanya ‘semu’, fatamorgana, hanya angan…
Bukan … Bukan ku tak bersyukur atas segala yang telah kuterima selama ini. Hanya saja banyaknya kawan yang saat ini ada di dekatku, apakah berfikiran yang sama denganku?Itu yang belum bisa kuterima. Luruhnya asa demi asa saat berinteraksi dengan mereka, entah mengapa ?
Saat kewajiban dan hak UKHUWAH itu tak lagi terjaga, maka yang terjadi hanyalah prasangka, dan itu yang KURASA …
Rabbi … Bantu aku untuk menemukannya …?

PERJUANGAN…

Tika lelah menyapa

January 3rd, 2009

Seorang kawan mengatakan dalam bulletin postnya kemarin

Pernah g c mrasa jenuh dlm halaq0h?Pernah g mrasa klo dlm halaq0h g ad hal baru yg qt dpt? Mendingn mana,,dtg lq tp g dpt hal bru atw g dtg lq tp dpt hal baru d’pngajian rumah??

jawabku…

Bismillah…
An pernah jg merasakan hal yg sama, tapi an tetap memaksakan hadir lq (jd jangan sampai dengan kondisi Qt yg lg drop malah ga’hadir. Bisa makin parah nantinya) Tapi sambil coba cari celah dan coba meningkatkan aktivitas ibadah Qt pd 4W1. Biasanya klo lg kondisi gini, mau ngapa2in aja lazynya minta ampun. bahkan tilawah or sholat sunnah aja berat banget…
Tapi insya4W1 kondisi itu akan segera berakhir, karena memang begitulah yg namanya ‘IMAN’, yazid wa yanqush (Naik turun). Jadi sekali lagi pada posisi turun gini, jangan sampe Qt malah ga hadir lq. Yach walaupun ga’da rasanya, tp insya4W1 suatu saat akan fresh lg qo. YAKIN dech ^^
Terus jg klo lg kondisi kaya gini, coba siasatin dan cari cara untuk ningkatin lagi ruhiyah qtnya. Misal ky ana kemarin, hadir syuro IQRO JakSel yg emang isinya rekan2 yg FULL SEMANGAT walaupun sdh punya baby. Dan Alhamdulillah sedikit banyak membantu. Or apa aja dech yg bs ningkatin PEMAHAMAN Qt akan URGENSI TARBIYAH ini. Baca buku jg boleh, or hunting buku di toko bk I’tishom or Fatahillah seru jg.
Atau kaya an kmarin yg mulai langganan lg Tarbawi, setelah sekian lama off.
Tapi yg paling berasa nyegerin lq an adalah RAKER Lq kmrn tgl.1/1/09 bareng temen2. ASLI effectnya luar biasa fresh. An curhat ke temen2 lq apa yg mengganjal sekaligus menjadi pemicu an bikin kondisi semangat Lq an tambah drop. Dan Alhamdulillah mereka ngertiin^^
Jd emang ruh Qta jg perlu rehat sejenak, karena sebenernya klo an boleh simpulin penyebab drop or lbh dikenal dengan futur adalah Situasi yg ga’ balance (seimbang) yg Qt sendiri penyebabnya. Antara aktifitas fisik (baik aktifitas da’wah, maupun yg lain)
dengan aktifitas Ruhiyah ga’ berjalan beriringan sehingga tanpa terasa porsi yg kosong yaitu ruh Qt.
Padahal Qt dah ngerti bahwa yg namanya JASAD - RUH - dan AKAL harus mendapatkan makanan dan perlakuan yg sama. Tul ga’ ^_^
Okay, semoga cepet kembali lg semangat da’wahnya. Karena Ummat ini MEMBUTUHKAN Qt!!!
Wassalam
Sekedar berbagi…BIRU

Karena KESENDIRIAN adalah Himpunan Duka Cita

ade_wiwik26@yahoo.com

Karena
Kesendirian adalah Himpunan Duka Cita

“Akan
merasa sunyi seorang yang tidak memiliki Sahabat, dan sia-sia orang yang
menahan diri untuk tidak mencarinya. Lebih sia-sia lagi, orang yang telah
mendapatkan sahabat, kemudian ia menyia-nyiakannya.”

(Hilal bin ‘Ula Al Raqy)

Kucoba menguntai kembali kisah yang telah lama tertumpuk dalam tunpukan kertas-kertas di kamarku…Sedikit berbagi …

Matahari sudah
condong ke sebelah barat.
Berdua
dengan Sari, saya menyusuri jalan menuju stasiun. Pengumuman kereta akan segera
datang telah terdengar, kami berdua semakin mempercepat langkah. Alhamdulillah
masih bisa dikejar.

Kamu sudah
beli karcis
belum,” Tanya Sari.

Enggak
sempat, nanti kucing-kucingan saja kalau ada petugas.”
Jawab saya ringan.

Kaki sudah hampir
masuk ke gerbong, tapi Sari malah menarik saya menjauhi kereta. Kereta pun
berangkat.

“Kenapa nggak
beli karcis dulu,”
kali
ini mukanya agak keruh.

Kan enggak sempat, lihat tuh mana antri lagi, males,”
mata saya mengarah ke tempat penjualan karcis.

“Ya sudah,
tunggu di sini.”
Sari
bergegas pergi, dan dengan tidak enak hati saya memandangi punggungnya yang
menjauh.

Berapa lama, waktu antri untuk membeli karcis,.” Katanya ketika
tiba di hadapan saya, tangannya menyodorkan karcis.

sepuluh menit” singkat saya.

“Gara-gara sepuluh menit, kamu bisa jadi antri di neraka.”

Drrrrr… gemetar juga
ditembak telak seperti itu.

Dan saya nggak mau ikut-ikutan antri di sana, gara-gara nggak ngingetin
kamu,”
tambah Sari.

Saya diam, kena setrum sepertinya.

Sudahlah, lain kali jangan curang!” perintahnya, kali ini dia
memandang saya penuh arti.

___________

Kalau terkenang dengan peristiwa tadi, saya selalu bergumam “Alhamdulillah
… saya mempunyai sahabat.”

“Eh ada yang kangen ingin berjumpa denganmu lho, mendengar rayuan mautmu,
melihatmu mengemis memohon cinta. Ayo bangun. Tahajud euyy!!!”
itu
isi sms dari seseorang yang baru saya kenal beberapa bulan. Pesan yang terus
menerus dikirimnya selama hampir 1 minggu, pada jam 03.00 WIB dini hari, tidak
kurang. Sebuah sms yang sebelumnya di awali dengan miscall beberapa
kali. Awalnya saya sempat merasa terganggu dan menyembunyikan hp di bawah bantal
agar bunyinya tidak terdengar.

Ketika saya membalas smsnya dengan “tidak sayang pulsa tuh, mengganggu
ketenangan orang,”
smsnya pun datang, “Lho katanya kamu sedang punya
banyak masalah.”
Sangat singkat, mengingatkan bahwa 2 hari yang lalu saya
curhat kepadanya.

Sekarang, kala mengingatinya, juga selalu hati ini berujar “Alhamdulillah
… saya memiliki sahabat yang demikian…”

_____________

Ini kisah yang saya dengar dari seorang muslimah. Suatu ketika, dia dan
alumni pengurus Rohis SMA berkumpul. Salah seorang rekan dari pengurus semasa
Rohis (sebut saja Dinda) baru saja meninggal, dan mereka baru tahu keadaan
ekonomi keluarganya ketika melayat ke rumah Dinda.

Ternyata Dinda adalah tulang punggung ekonomi keluarganya, selain yatim, Ibunya
hanya berjualan ala kadarnya. Ibunya bercerita, salah seorang adiknya hampir
mau ujian, tapi karena tidak ada biaya, akhirnya gagal merampungkan sekolah.

Dibahaslah solusi untuk meringankan beban Ibunda Dinda, dengan sebelumnya
beberapa rangkaian taushiyah bergulir. Semua yang hadir larut, banyak air mata
di sana. Air mata cinta.

Di akhir pertemuan terkumpullah materi yang tidak sedikit, perhiasan, uang,
sepeda motor, sepeda, dan sepasang sepatu baru. Kita pasti tahu kisah
selanjutnya, si Ibu tak henti menangis, dan hampir tersungkur di hadapan
mereka. Allahu Akbar.

Sugguh kisah tadi seperti pesan yang disampaikan seorang ulama “Persahabatan
antara orang-orang mukmin, menyatunya kalbu mereka, dan kecintaan yang terjalin
di antara mereka merupakan karunia Allah, bahkan juga termasuk taqarrub, dalam
ketaatan yang paling agung.”
Dan Alhamdulillah, almarhum Dinda mempunyai
sahabat seperti mereka …

______________

Dunia menjadi penuh makna ketika kita mempunyai banyak sahabat. Dunia
menjadi berpelangi tatkala banyak sahabat mengelilingi kita. Kahlil Gibran
menyebut “Kesendirian adalah himpunan duka cita.”

Tentu saja, karena manusia dicipta untuk hidup dalam kebersamaan,
sebagaimana firman Allah :

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu
sekalian (terdiri dari jenis) laki-laki dan perempuan, dan Kami menciptakan
kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa.”
(QS. Al Hujurat : 13)

Sekali lagi, banyak hikmah yang dapat kita reguk dari persahabatan. Dan
juga perlu diingat, kita harus cerdik pula dalam memilihnya. Dalam era sekarang
ini, ketika ‘fenominul’ begitu menyesakkan hati umat Muslim, menjamurnya
narkoba, pesta muda-mudi, sepertinya kita butuh filter ampuh untuk memilih
sahabat. Dan filter itu bisa begitu ampuh ketika mempunyai sahabat yang mampu
mendekatkan diri kita kepada pemilik dari segala filter, Allah.

Memilih sahabat bukan berarti membeda-bedakan manusia. Memilah sahabat
berarti kita menilainya dari karakter dan sifat yang dimilikinya. Sebuah
persahabatan yang nantinya akan terjalin juga tidak seharusnya didasarkan pada
parameter-parameter duniawi saja. Sugguh, ketika kita berjumpa dengan seorang
yang berakhlak baik, menjaga shalatnya, maka itulah parameternya. Dan itulah
yang dilakukan orang-orang shalih terdahulu dalam menimbang siapa saja yang
pantas menjadi sahabat baginya.

Ayo, pikatlah sahabat sebanyak yang kita mampu. Sahabat yang tidak
menjadikan kita manusia yang disebut-sebut Al Qur’an, “Pada hari si zhalim
menggigit kedua tangannya seraya berkata : Ah, seandainya aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul. Malang nian, mengapa dulu aku menjadikan si fulan menjadi
sahabat akrabku.”
(QS. Al Furqan 27-28)

Dan jangan lupa, “Shalih sendiri” juga tidak bermanfaat, jadi pikatlah sahabat
yang ketika dia mengenang kita, dia akan berujar …

Alhamdulillah, saya mempunyai
sahabat sepertimu …”

Akhirnya, saya sampaikan salam keselamatan untukmu yang berkenan membaca
tulisan ini. Izinkan saya menyebutmu sebagai ”sahabat”. Saya ingin menggelarimu
”Sahabat”, panggilan mesra Nabi al Musthafa1 pada generasi setia di zamannya,
sapaan yang akrab terdengar begitu merdu. Sebuah kosa kata indah yang saya
temukan dalam buku ”Berbagi cinta dengan para Sufi” sebagai kiasan bertubi
untuk orang yang paling mempunyai makna. Dan sekarang saya ingin mengadopsinya
untuk anda yang sekali lagi berkenan membaca tulisan ini.

Sahabat, semoga Anda membendaharakan kata ini juga untuk saya. Dan ketika
Anda menjadi sahabat, tak akan pernah jengah Anda memperingatkan, ketika saya
salah melangkah.

Semoga …

Parade Ukhuwah

ade_wiwik26@yahoo.com


Ukhuwah intinya ‘MEMBERI’. Memberi tanpa mengharapkan
balasan Dan mengharap balasan hanya dari Allah SWT.

Ukhuwah dan keimanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, maka dari
itu jika salah satu tidak ada maka yang lainnya pun sirna. Tingkat ukhuwah
terendah ialah bersih hati dan berbaik sangka pada saudaranya sedangkan tingkat
ukhuwah tertinggi ialah mendahulukan saudaranya daripada dirinya [Drs. Umar Ali
Yahya].

Alkisah disebuah Madrasah Tsanawiyah di daerah Bangka Jakarta Selatan,
berkumpul sekelompok anak-anak sekolah yang sedang istirahat mengerumuni abang
penjual rujak, rupanya siang itu anak-anak sedang membeli rujak.Diantara
sekumpulan anak-anaktersebut terdapatlah seorang anak bernama Ubaidurrahman
(Ubay) yang saat itu ingin sekalimembeli rujak namun uangnya ketinggalan di
kelas.Keinginan Ubay itu ditangkap oleh temannya Hamad tanpa terlewat
sedikitpun. Saat itu Hamad pun sebetulnya ingin membeli rujak juga, namun
uangnya tinggal seribu rupiah saja, dan itupun untuk ongkos pulang.

‘Pake uangku saja dulu Ubay,’ seru Hamad pada Ubay yang terlihat sangat ingin
sekali membeli rujak. ‘Terima kasih Hamad, nanti aku ganti uangnya di kelas
ya,’ jawab Ubay dengan riangnya.

Begitulah, Hamad meminjamkan uangnya yang hanya tinggal seribu itu pada Ubay
untuk membeli rujak dengan harapan nanti akan dibayar di kelas. Ketika sampai
di kelas ternyata Ubay tidak membayar hutangnya dengan alasan uangnya ternyata
sudah terpakai untuk yang lain.

‘Masya Allah, Hamad aku lupa uangnya tadi sudah dipakai, besok saja ya…’
Hamad menatap Ubay sejenak dan kemudian mengangguk dengan senyum khasnya. Dalam
keadaan tidak ada uang sepersen pun, bahkan untuk ongkos pulang sekalipun,
Hamad masih tersenyum dan menjalani sisa harinya dengan kegembiraan.

Bel sekolah telah berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang. Tidak terkecuali
dengan Hamad, ia pun pulang meskipun tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kali
ini dia terlihat berjalan kaki, ya.. berjalan kaki dari sekolahnya di Bangka
Jakarta Selatan sampai rumahnya di Jatibening Bekasi, yang biasanya memerlukan
waktu 1 jam jika ditempuh dengan dengan kendaraan bermotor.

———-

‘Hamad kok belum pulang ya Bu? Aku mulai khawatir, coba telepon teman-temannya
barangkali memang sedang ada acara di sekolahnya,’ pinta Ust. Zufar pada
istrinya.Ust. Zufar merupakan ayah dari Hamad. Beliau ialah sosok yang ramah,
nama lengkapnya ialah Ust. Zufar Bawazier, Lc, dosen LIPIA dan juga pengurus
sebuah Partai Islam di Indonesia.

Saya sempat mengenalnya ketika beliau mengisi sebuah seminar di Bandung dimana
saya terlibat sebagai panitia. Saat itu, beliau kami sediakan tiket pulang
dengan Kereta Api untuk jadwal kepergian jam 13.00.

Betapa kagetnya saya ketika teman saya memberitahukan bahwa Ust. Zufar sedang
berdiri menunggu angkutan umum yang saya yakin beliau tidak hafal rutenya,
untuk menuju stasiun. Lebih parah lagi waktu telah menunjukan pukul 12.50, yang
artinya hanya 10 menit lagi kereta akan segera pergi.

Saya segera mengambil motor untuk mengantarnya menuju stasiun, saya tidak habis
fikir mengapa Ust. Zufar tidak memberi tahu panitia kalau keadaannya seperti
ini, atau memang panitianya yang tidak memperhatikan, pikirku.

Aku susuri jalanan kota Bandung dengan kecepatan tinggi, bahkan sempat
melanggar beberapa rambu lalu lintas, aku tak peduli, saat itu fikiranku hanya
mengantar Ust. Zufar agar tidak ketinggalan kereta menuju Jakarta.

Dan memang akhirnya Ust. Zufar bisa mendapatkan keretanya, walaupun harus
dengan berlari setelah sebelumnya masih sempat menyalamiku sambil tersenyum dan
mengucapkan terima kasih padaku. Itulah kenangan terakhir dan satu-satunya
pertemuanku dengan Ust. Zufar.

———-

‘Kriiing…’ telepon di rumah Pak Umar berdering. Telepon itu ternyata dari
Ust. Zufar yang kemudian memberitahukan kepada Pak Umar bahwa anaknya saat itu
pulang malam sekali. Pak Umar adalah kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah dimana
Hamad bersekolah. Lalu Ust. Zufar pun menjelaskan penyebab anaknya hingga
pulang selarut itu kepada Pak Umar.

Esok harinya, Pak Umar memanggil Hamad dan Ubay ke Kantor. Tidak ditemukan
wajah kesal atau kecut dari Hamad, suatu pancaran ketenangan jiwa dari seorang
anak yang masih bersih hatinya.

Lalu Pak Umar berkata pada Ubay, ‘Lihatlah, sepatu temanmu rusak karena kamu
menyia-nyiakan kebaikannya…’ Pak Umar terkenal akan kebijaksanaannya, beliau
digelari ‘Pembina Sejati’ oleh teman saya di Bandung yang pernah merasakan
sentuhannya pula. Saya beruntung pernah menjadi binaanya selama setahun. Waktu
yang cukup singkat untuk sebuah pembinaan yang bertajuk Ta’lim Rutin Kader
Partai Keadilan Sejahtera. Namun waktu yang singkat itu telah cukup baginya
untuk meniup kuncup dalam diri ini sehingga mekar menjadi bunga.

Sepatu tua Hamad terlihat rusak, yang memang sebelumnya sudah lusuh. Ubay
menangkap semua itu tanpa terlewat sedikitpun. ‘Maafkan aku ya Hamad, ini pakai
saja sepatuku, aku punya dua sepatu kok di rumah.’

……..begitulah kisah mereka berdua, ibarat sebuah parade ukhuwah, mereka begitu
mempesona setiap orang yang melihatnya.

Cermin Ukhuwah

ade_wiwik26@yahoo.com

Cermin Ukhuwah


Hari masih menunjukkan pukul 9.00 pagi ketika saya dan anak-anak sampai di Tokyo Eki. "Assalamu’alaikom…" Sapa satu suara yang diiringi dengan senyum ceria. Wajah khas Jepang dengan mata sipit tertutup kaca mata, dan kulit putih yang tertutup abaya plus jilbab. Tampak kerut-kerut di wajahnya yang menunjukkan usianya yang sudah tidak terlalu muda lagi. Sambil menjawab salam, saya ajarkan anak saya untuk menjabat tangan muslimah tersebut. Bergegas kami menuju peron yang disediakan khusus untuk shinkansen. Saat itu, saya dan kedua anak saya berencana untuk menuju tempat kelahiran Khodijah san di Iwate, sekitar 400 km di sebelah utara Tokyo.

"Alhamdulillah..finally we can go to Iwate.." seru saya sambil mengambil tempat duduk yang sudah dipesankan. Khodijah san tersenyum dan mulai membuka bekal yang dibawanya, dan membagikannya kepada saya dan anak saya. Satu sifat yang saya sukai dari Khodijah san, sangat pemurah. Mau membagi apa yang ia miliki kepada orang lain. Memang ketika kami janjian untuk berangkat bersama-sama ke Iwate, Khodijah san meminta saya untuk tidak membawa bekal makanan, karena dia yang akan membuat semacam onigiri untuk sarapan saya dan anak-anak. Mungkin Khodijah san kasihan melihat saya yang harus berangkat pagi-pagi sekali sambil membawa kedua anak balita saya. Karena tempat tinggal saya sekitar dua jam dari Tokyo eki. Sambil tersenyum dan mengucapkan jazaakillah khoiron, saya menyantap sarapan saya bersama anak-anak.

Suasan tenang yang berbeda dari kota metropolitan Tokyo segera menyergap ketika kami sampai di Iwate. Di Eki, Kakak dari Khodijah san sudah siap dengan mobil jemputan yang akan membawa kami ke rumahnya, tempat kami menginap selama di sana. Saat itu saya dan anak-anak diterima dengan sangat ramah oleh keluarga Khodijah san. Meskipun keluarganya belum muslim, tapi dari keakraban yang mereka tunjukkan, saya bisa menangkap hubungan yang baik di antara anggota-anggota keluarga yang berbeda keyakinan tersebut. Khodijah san tetap bisa menyampaikan perbedaan-perbedaan prinsip hidupnya kepada keluarganya, tanpa membuat jarak yang bisa mengeruhkan hubungan di antara mereka. Suatu sikap yang menunjukkan kematangan pribadi dan kelembutan dalam bersikap. Satu hal lain yang saya kagumi dari saudari saya ini.

Hari masih gelap ketika kami menunaikan sholat subuh di rumah itu. Kali ini, saya meminta Khodijah san sebagai tuan rumah untuk menjadi imam sholat. Terdengar lantunan bacaan qur’an yang dilafalkan dengan sangat baik dan tajwid yang benar. Dan juga yang membuat saya terharu adalah surat pilihan yang dibacanya. Bukan surat pendek dari juz amma seperti yang saya kira, tetapi petikan beberapa ayat terakhir dari surat Al-Hasyr. subhanallah.

Saya mengenalnya baru sekitar empat tahun yang lalu. Masa yang singkat memang. Karena pada saat itu, Khodijah san baru kira-kira dua atau tiga tahun sebelumnya menjadi seorang muallaf. Saat itu dia datang ke masjid Otsuka untuk belajar membaca al-Qur’an. Khodijah san mulai belajar dari a ba ta tsa. Sampai saat ini, ia sudah lancar mengaji dan banyak menghafal surat-surat di dalam al-Qur’an. Kegigihan dan semangatnya untuk terus menerus belajar adalah sifat yang paling saya kagumi dari Khodijah san. Meskipun di usia yang sudah tidak bisa dibilang muda. Ditambah dengan lafal bahasa Arab sebagai bahasa asing yang sangat sulit untuk ditiru oleh kebanyakan orang Jepang. Khodijah san adalah pengecualian, ia mampu melakukannya.

Alhamdulillah, betapa banyak pelajaran dari saudari saya ini. Keramahan, kelembutan hati, sifat pemurah dan sikap pantang menyerah menjadi cermin dalam perbaikan diri saya.

Saya banyak juga mengenal muslimah muallaf nihonjin yang lain. Rata-rata mereka memiliki sifat pantang menyerah dalam mempelajari hal-hal baru. Muslimah Jepang juga rata-rata sangat serius dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Apa pun yang mereka lakukan, harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan hadist. Sifat khas orang Jepang, yang menunjukkan semangat profesionalisme dalam bekerja. Satu cermin yang sangat baik untuk saya tiru.

Meskipun demikian budaya Jepang cenderung kaku dan terkesan ‘dingin’ bila dilihat oleh orang asing. Tetapi sejalan dengan interaksi yang dalam dengan Al-Islam, sedikit demi sedikit sifat-sifat mereka bisa lebih disempurnakan lagi oleh akhlak Islam.

Saya sering berangan-angan, ah andai masyarakat Jepang suatu saat bisa menerima Islam. Tentu perpaduan antara sifat-sifat baik mereka dengan kehalusan pekerti dalam Islam akan mampu memberikan banyak kemajuan berarti bagi peradaban Islam. Semoga suatu saat, harapan itu bisa terwujud… amin.


SAHABAT SEJATI

ade_wiwik26@yahoo.com

“Barangsiapa yang salah memilih tukang cukur, ia akan menyesal sebulan. Barangsiapa yang keliru memilih teman hidup, ia akan menyesal di dunia. Dan barangsiapa yang salah memilih agama, maka ia akan menyesal dunia akhirat.”
Itulah untaian kata-kata yang masih terus terngiang dalam benak kita. Mutiara hikmah yang dipesankan leluhur, orang tua, dan guru ngaji di waktu kecil, agar kita lebih jeli dalam mengarungi bahtera kehidupan ini, agar kita mantap menatap masa depan.

Kehadiran sahabat sejati menjadi dambaan setiap kita. Ia adalah pelita penerang dalam kehidupan. Ia bak bintang yang menemani sang rembulan di langit malam, bersama menghiasi panorama kegelapan. Ia selalu membawa keteduhan dan kesejukan dimana pun ia berada. Tak heran bila kepergiannya pun akan meninggalkan sejuta kenangan. Hari-hari kebersamaan dengannya selalu sulit untuk dilupakan, selamanya.

Ikatan ukhuwah bagi sahabat semacam ini tak akan putus diterjang badai kepentingan duniawi bernama materi, pangkat, jabatan, dan kekuasaan. Jarak yang jauh, perbedaan waktu dan ruang juga bukan menjadi penghalang, karena pancaran kasih sayangnya timbul dari lubuk hati yang dalam. Bukan dari lisan yang suka berbohong. Bukan pula dari titah nafsu yang penuh noda.

Dia mungkin tak sempat sekolah ke luar negeri, jangankan ke luar negeri melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tidak mampu. Tidak dapat ke sana-ke mari sebebas kita-kita juga. Kehidupan dunianya pun kadang masih ‘Senin - Kamis’. Tapi di tengah kondisi yang seperti itu ia masih sempat untuk selalu melemparkan senyum keakraban saat berpapasan. Ia masih punya waktu untuk menyediakan sapa mesra saat bertemu.

Tausyiahnya begitu menyentuh. Kata-katanya memberikan tetes embun kesejukan. Kondisi yang ada menjadikannya begitu tawadhu’ dengan segala keagungan yang dimilikinya. Subhanallaah, kesabarannya membuat semua kekurangan yang dipunyainya menjadi nikmat yang tak terkira, menjadi pesona yang tak ternilai.

Ia memang tidak harus selalu mengiyakan semua tingkah laku kita. Ia tidak mesti selalu sependapat dan melulu memuji. Tidak pula harus selalu tampak sejalan dengan pikiran kita. Tapi ada kalanya ia laksana obat, pahit namun mampu mengusir penyakit yang mungkin hinggap di tubuh sahabatnya. Ia berani mengkritik bijak setiap kesalahan kita. Ia takut kekurangan dan kesalahan itu akan membuat sahabatnya tercela di mata orang lain. Baginya, biarlah ucapannya terasa pahit di depan sang sahabat, ketimbang sang sahabat cacat di mata Allah, di mata agamanya, di mata orang lain.

Ia juga setia mengingatkan di saat sang sahabat lalai. Ia memang tak hanya piawai membuat kita ceria dibuai hiburan dan pujian tulusnya, tapi juga mahir membuat kita menangisi kekeliruan, menyadari segenap kesalahan, menginsyafi segala kelalaian. Lalu ia membimbing dengan ikhlas, mengajak berjalan bersama, berjuang bersama. Dan yang terpenting, ia selalu mendukung, mengarahkan, dan memberi gagasan-gagasan cerdas untuk mengarungi kehidupan ini menuju muara cinta-Nya yang hakiki.

Ia akan mencintai kita sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Merasa gembira dengan kegembiraan kita, turut bersedih kala duka menyapa kita. Ia hafal benar bunyi hadits : “Tidak sempurna iman seorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya seperti halnya ia mencintai dirinya sendiri.” Ia juga selalu ingat sabda Rasul SAW : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
“Islam hanya akan bisa bangkit kembali dengan cara seperti ini. Bukankah Rasulullah SAW telah mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin hingga persaudaraan mereka sampai melebihi saudara kandung?” Begitu jawabnya setiap ditanya tentang urgensi persaudaraan.

Ia pun sering membacakan hadits tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. Ia juga tidak pernah bosan melantunkan hadits tentang syarat merasakan manisnya iman. Saling mencintai demi keridaan Allah, itulah prinsip hidup pegangannya. “Engkau membutuhkan sesuatu dariku dan aku bisa mempersembahkan yang terbaik untukmu,” kata-katanya yang selalu menghiasi lisannya yang sederhana.

Merekalah yang digambarkan Rasulullah SAW sebagai sekelompok hamba Allah di akhirat. Mereka bukan dari golongan nabi dan syuhada, akan tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia, bahkan cahaya benderang dari wajah mereka membuat para nabi dan syuhada merasa iri. Mereka tidak merasa takut ketika orang lain merasa takut, dan mereka tidak merasa khawatir ketika orang lain dilanda kekhawatiran.

Sosok seperti inilah yang mampu menjadikan persahabatan sebagai jembatan menuju ridha Ilahi. Berbahagialah mereka yang sempat mendapatkan makhluk yang satu ini. Merasakan keindahan hakiki ditemani sosok mulia ini, sang pujaan hati, sahabat sejati.

Ternyata Anak Kecilpun mengerti pentingnya PERSAHABATAN


Saturday, June 05, 2004Pagi tadi saat ku melangkahkan kaki keluar pintu rumah, tiba-tiba telepon dekat akuarium berdering. Dan segera aku berlari untuk mengangkatnya.Say hallo “Malik, Assalamu’alaikum … ada yang bisa dibantu…?”:)itu yang biasa kukatakan sebagai salam pembuka, walaupun agak anech kedengarannya, tapi bagiku itu adalah sebuah salam persahabatan.Jawaban dari seberang pun terdengar “Bisa bicara dengan Rahma Ka’? (Oh ternyata sebuah suara anak perempuan kecil:)dan “Dari siapa ?”tanyaku kemudian.”Temannya Ka!” “Maaf namanya?”,”Shafa” (Ingat ya, namanya Shafa). Akupun segera mendatangi adikku yang saat itu sedang mencuci piring di belakang rumah.”De’ Ada telpon, dari shafa”. Ku urungkan niat untuk segera berangkat. Sengaja aku tunggu adikku hingga selesai berbicara dengan kawannya itu,dan ternyata benar saja tak lama kemudian adikku pun meletakkan gagang telpon ketempat semula. Aku dan Ayahku pun serempak bertanya,”Dari siapa De’?”,”Shifa” jawabnya.Oh, anak perempuan kawan kerja Ayahku yang rajin ibadahnya, gumamku dalam hati.”Ngapain de’?”,”Shifa mau ujian, dia minta do’ain”.Aku dan Ayah pun pun tersenyum, sambil tersenyum Ayah berkata “Masih ingat ya Shifa sama Ama (panggilan Adikku, dari Rahma)” dan ternyata Ibu mendengar keributan kecil di ruang depan, sebuah perkataan yang tak jauh beda dari Ayah pun meluncur deras dari Ibu “Dia (Shifa) berarti lagi ujian sekarang ya, trus berarti interlokal dong dari sana?berarti mahal kan Yah (Ayah),tuch kan Shifa masih inget sama Ama!,jangan lupa do’akan”,deg’…tersentak aku mendengar Ibu mengatakan itu,seorang anak kecil MENGERTI ARTI PENTINGNYA SUPPORT SHE BEST FRIEND.Dan hal ini sesuai dengan perkataan Rosululloh SAW “Seorang kawan yang mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuannya itu, akan di IJABAH oleh Alloh” Amiin. Seketika itu juga aku teringat syair dari sebuah lagu :”Letakkanlah tanganmu di atas bahuku, biar terbagi beban ini … bersama MENGHADAPInya.” Ach … begitu indahnya UKHUWAH/PERSAHABATAN.
Pikirku pun melayang ke SAHABAT-SAHABATku,MAAFkan jika pernah aku melalaikan dan mengurangi timbangan hak UKHUWAH di antara Qt.
“Fawatsiqillahumma Rabithataha …”

Salam perpisahan

ade_wiwik26@yahoo.com

Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan

Salam perpisahan

ade_wiwik26@yahoo.com

Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan

Salam perpisahan

ade_wiwik26@yahoo.com

Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan

KEKUATAN CINTA

CINTA yang kita miliki sesungguhnya dapat membuat segalanya jadi MUNGKIN. Karena CINTA akan selalu mengalirkan energi positifnya ke seluruh penjuru kehidupan. Maka Sang Pencinta sejati pastilah orang yang dapat menjadikan yang dicintanya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Karena itu CINTA butuh PENGORBANAN, perlu PERJUANGAN…

Kawan, Alangkah Indahnya kebersamaan :)

ade_wiwik26@yahoo.com

Sahabat…
Saat itu aku sedang membaca sebuah situs yg aku sendiri lupa apa situs yg ku baca saat itu. Tapi salah satu isi dari situs tersebut begitu menarik perhatianku. Situs yg berisi tentang INDAHNYA KEBERSAMAAN, PERSAHABATAN dan CINTA. Lukisan yg diperankan oleh para Angsa yg menurut sebagian orang melambangkan ‘Kesetiaan‘ itu begitu Indah, yach Indah…Seindah persahabatan Qta…

Tuesday, August 31, 2004

Kalau kita tinggal di negara 4 musim, maka pada musim gugur, akan
terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari
musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk
huruf “V”. Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa
rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi “V”.

Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan “daya
dukung” bagi burung yang terbang tepat dibelakangnya. Ini terjadi
karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah
untuk menembus ‘dinding udara’ di depannya. Dengan terbang dalam
formasi “V”, seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71 % lebih
jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.

Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan
merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan
kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung
yang diberikan burung di depannya.

Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang
memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan
posisinya.

Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara
riuh-rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa
yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.

Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua
angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan
mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi.
Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau
dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan
mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar
rombongan mereka.

  1. aku sayang kamu
    Aku mencintaimu setulus hati ku
    Bagi ku hanya kaulah penerang hidupku

    T’lah berulang kali ku coba
    Mencari pengganti dirimu
    Membuka hati untuk yang lain
    Namun semua sia-sia
    Dan ternyata cinta ini hanya untuk mu

    Mungkin memang aku yang bersalah
    Karna ku tak pernah menjadi seperti apa yang kau mau
    Andai ku memahami dirimu lebih dari segalanya
    Pasti kau dan aku akan bersama selamanya
    Tapi kini kau pergi tinggalkan aku

    Kasih………….
    Salah kah aku tak bisa menjaga hatimu di hati ku
    Salah kah aku tak memahami dirimu

    Kasih…………
    Kini aku kan melupakan mu
    Aku kan mencoba membuka hati tuk yang lain
    Aku terus mencoba dan terus mencoba melupakanmu
    Namun aku tetap tak bisa
    Karma Hanya hati mu yang kini ada dihatiku
    Sampai kapanpun kau kan selalu dihati ku
    Dan sampai kapan pun aku tak kan bisa melupakanmu

    Jujur ku katakan kepada mu
  2. entah mengapa…
    setiap detik ku selalu mengingat wajahmu…
    entah mengapa..
    setiap ku merenung teringat namamu..
    entah mengapa…
    ini terjadi padaku

    tak bisa kutahan gejolak rasa rindu
    tak bisa kutahan mendengar suaramu
    tak bisa kutahan ingin berjumpa denganmu
    tak bisa kutahan derap langkahku segera menghampirimu.

    ku mohon terus pertahankan rasa ini
    kumohon jangan pisahkan ia dari diri.. ini
    kumohon berikan kebahgian ini abadi
    semoga ini menjadi cinta terakhir untuk ku.

  3. Bilakah kerinduan yang merasuk
    menjalar laksana virus yang mematikan setiap keresahan
    Menumbuhkan titik titik cinta yang terbenam sejak lama
    Tumbuh menerawang cahaya
    Melihatmu,manatapmu,menjamah gulir air cinta
    Yang bersemayam indah di antara 2 jiwa
    Aku berdiri disini menatap derasnya alir cinta yang tercipta
    Merangkai keindahan di antara pikir di balik gundah
    Hey… bidadari yang tengah menerawang jauh
    Mamandang waktu yang berpijak kata LOVE
    Mancoba memeluk erat setiap bayangan
    Akulah yang berdiri memandangmu jua
    Berharap engkau melihatku berdiri tegak
    Menopang ribuan cinta yang ku rangkai
    Hanya untukmu
    Semoga…itu untukmu…
    sampai entah Tanganku kuat menopang nya…
    Ataukah kau akan berdiri di sampingku mengangkat tinggi
    Bersama rangkaian je suis tombe amoureux de toi
    Sampai kita tak mampu lagi membuka mata

  4. banyu biru

    Lantunan kidung jiwa yang mengalun
    Diantara hembusan hembusan nafas
    Saat bibir terhenti sejenak untuk mengucap
    Lonceng lonceng rindu bergema mencipta rangkaian nada
    Untuk seberkas cinta yang terjalin sudah
    Diantara senja
    Rintihan malam membawa kedamaian hati
    Saat dua hati melangkah mendekat manja
    Mengikat cinta yang terdalam..
    Rembulan tersenyum..
    Bersama lesung pipit bintang
    Memandang jauh dua insan
    Laksana pijar bintang…
    Cinta ini pun terangi jiwa yang gelap
    Laksana panas api asmara…
    Membakar bekunya darah yang menggumpal
    Entah berapa lama
    Menyejukkan hati bersama cinta yang kau hembuskan padaku sampai penghujung usia

  5. E'ed on

    Tolong obati sedihku
    sedih yang tak terperikan
    Aku tak perduli
    meski dusta yang terucap
    katakanlah walau hanya 1 kali saja;

    katakan kau inginkanku berbaring disisimu
    walau kutahu kau telah serahkan ragamu padanya
    katakan kau ingin kubelai hitam rambutmu
    walau kau berhias hanya untuk dirinya

    Dustamu adalah untaian mutiara
    saat kau berkata
    kasihmu hanya untukku

    Biar kubawa kata kata itu
    kata terakhirmu itu
    tuk temani malamku yang tak akan pernah bersamamu lagi

    dan jangan bunuh aku
    dengan kata…
    kau tak pernah menyayangiku…

  6. kenapa engkau selalu membuatku menderita

    …….karna kamu adalah belahan jiwaku
    “KLAU KAMU BELAHAN JIWAKU JADI KAMU………………………..:”KEMBARAN KU DONK……………

    “GARING”

  7. any on Nopember 2, 2008 08:48

    wah keren2 puisinya. tapi kurang seru juga c…!!

  8. dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia.
    Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu,
    tetapi hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
    …………..TT_____TT…………….

    Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran, pengorbanan dan romantism

    hy

  9. lia on Nopember 6, 2008 09:36

    puisi mEruPa kN
    uN9kaPan dr hati
    byk maKna y tersirat
    dr bait2 sebuah puisi

  10. bila cinta datang padmu
    sambutlah dengan indah dihatimu
    bila kau mulai merasakan rindu
    cibolah peluk bayangan - bayangan disekitarmu
    bila kau bunga
    ku siap untuk jadi tanah tampat kau tumbuh
    jika kau takut akan gelap
    ku siap menjadi penerang dalam hatimu
    jika ku beleh berbicara…
    ku ingin katakan “ku sayang kamu cinta”

  11. dalam gelapnya malam tanpa bintang
    ku terdiam mengenangmu
    senyum yang dulu slalu mengisi hari - hari ku
    kini tak lagi ku rasakan
    canda yang mesra darimu
    tak bisa lagi ku lihat

    kau yang dulu
    pernah bermain indah dihatiku
    kini sudak tak ada lagi..

    cinta…
    kini ku hanya dapat berdoa
    agar kau tenang didalam sana..

    sungguh ku tak kan
    bisa lagi merasakan kasih sepertimu
    selamat jalan kasih terindahku….

  12. puisi nya ok juga,tapi jangan terlalu norak dunk jadinya gak ronce gtu,kalo’ kata orang jermannya katrox,,,,,,, he he he ,,,,,

  13. puisi yang sangat menyedihkan,yang menceritaka tentang percintaan…..andai aku pnya knalan mau gak jd pacarQ…?

  14. Cinta itu nggak harus diucapkan lewat kata ….
    Cinta itu nggak harus di ucapkan lewat bahasa …
    Cinta itu nggak butuh rayuan yang nggak pasti …
    Cinta itu hanya butuh kesetiaan …

    Cinta hanya butuh kepastian dan keikhlasan …
    Cinta hanya butuh ketulusan …
    yang muncul dari hati yang paling dalam …
    dengan penuh ketulusan…

    siapa yang menganggap cinta itu sementara …
    maka ia lah orang yang paling bodoh …
    jika ia mengalami cinta yang sementara ….
    maka yang dia alami bukanlah cinta ….

    di dalam cinta ….
    tidak ada penghianatan ….
    tidak ada kepedihan ….
    karena cinta itu harus tulus …..

  15. malam yang sunyi …
    tanpa bintang - bintang yang biasa bersinar terang …
    seperti hati ku yang kini sedang kelam …
    di rundung mendung yang sangat tebal …

    wahai angin laut disana…
    pahami jeritan hati ku yang sunyi …
    tolonglah aku dari derita yang tak kunjung selesai ….
    tariklah aku darikelamku ….

    ada kah seorang kekasih yang sunguh mencintaiku ….
    bukan kekasih yang tinggalkan ku disaat kegundahan ….
    adakah cinta yang abadi untuk ku …
    bukan cinta yang selalu menghilang dalam suramnya hati …

    aku hanya ingin ketulusan …
    aku hanya mendamba kebahagiaan dari cinta …
    aku hanya berharap kesetiaan yang abadi …

  16. apa yang kau rindu dengan hatimu
    menanti rindu kan berakhir pilu
    apa yang kau harap dari cinta?
    mengharap cinta hanya menghadirkan luka….
    mencintai bukan untuk dicintai..
    mencintailah tanpa harapan
    mencintailah dengan ketulusan
    jangan mencintai dengan harapan
    karena hanya asa yang kan kau raih..
    belajarlah mencintai dengan hati
    bukan dengan ego
    atau dengan nafsu..
    karena cinta dengan hati adalah yang abadi

  17. saat cinta menggugah rasa
    asmara membara dalam jiwa
    membakar hati yang sunyi..
    kau hadir berikan warna
    dalam kelam jiwa yang putus asa
    bagaikan penyejuk di keringnya hati…
    ku kejar coba tuk raih hatimu..
    ingin ku miliki sepenuhnyaaaa
    tapi satu salah ku
    rasaku melewati anganku
    tak sengaja kuteteskan noda
    yang menghancurkan semua
    membuat mu tenggelam dalam duka
    yang seharusnya tak ada
    maafkan keegoisanku
    maafkan semua salahku’
    maafkan hanya itu kata yang tersisaaa
    ku harap dengan ini
    kita mampu belajar
    tuk perbaiki diri
    dan menjadi lebih baik


Kau boleh jadi elang
Dengan bentangan sayap
Tak pernah mundur menantang
Ombak di depan

Kau boleh jadi pohon
Dengan rambatan akar yang kekar
Menumbuhkan keteduhan dan perdamaian

Kau boleh jadi matahari
Dengan seberkas sinar terang
Menghangatkan dunia yang gersang

Kau boleh jadi mutiara
Dengan indah sinarnya
Terpendam tapi selalu dirindukan

Kau boleh jadi apapun yang kau mau
Tapi kapanpun dan dimanapun
ingatlah selalu kita
TETAP TEMAN

malam yang berbintang seakan sirna
siang yang terang seakan redup
itulah gambaran dalam hidupku

aku masih berharap kasih ku ada
aku masih ber harap senyummu hadir
aku masih berharap belaianmu menyapa

namun semua itu hanya kenangan
tapi aku selalu berharap dan berharap
kasih ku hadir kembali
mungkin aku belum bisa
untuk bangun dari lamunku


Aku seperti pungguk merindukan bulan
Tiap malam cahayanya tak dapat menerangi
Hati yang gusar

Andai kau tau
Di dekatmu adalah anugrah
Walau hati gundah
Kau tetap penyejuk
Yang dapat menenangkan jiwa
Jiwa yang di rudung kelam

Walau kau hadir hanya sekejap
Bagiku lebih dari cukup
Karenakau adalah bunga di hatiku
Yang lama ku nanti
Yang lama ku puja-puja
Bagiku kao adalah separuh hatiku

PENCARIAN CINTA KU


kou yang selalu menemaniku
menemani dalam sepi di hidupku
dalam gelapnya malamku
dalam sepinya cintaku

kou selalu hadir dalam hidupku
koulah hidup dan matiku
tanpamu apa arti hidupku
tanpamu apa dayaku

kini kou pergi
kou telah meng hilang
hilang dari kehidupanku
kou pergi tanpa pamit
kou pergi tanpa sebab

disini aku terus mencarimu
aku terus menunggumu
dan ku selalu mengharapkanmu
kembalilah padaku

aku merindukanmu
merindukan kasihmu
merimdukan belaianmu
duhai bunga jiwaku

SAHABAT


Senyum mu slalu hiasi hari q

Canda u slalu temani q
Hari q rasa bahagia bila q lewati dgn u
Tanpa rasa gundah q jalani dgn u
Hari, bulan, qt lewati bersama
Canda tawa hiasi hari qt
Kadang..........................
Qt menangis dan bersedih bersama
Kau slalu ada kala q gundah
Kala hati resah kau temani q
Tapi.......................................
Smua tlah berubah.............

Kau dan aq mulai berubah.........
Q sesali rasa itu ...........................
Rasa yang hancur kan sgalanya
Hingga buatq menyesal
Tapi.............................
Ada apa dgn u ?????????
Seolah kau beri jawaban yg q ingginkan
Hingga membuat q melayang
Sahabat ...........................
Katakan Aku Cinta Padamu

ade_wiwik26@yahoo.com

Kawan, saat engkau bangun pagi ini, sudahkah engkau katakan cinta bagi
orang-orang terdekat: Istri atau Suami? Ibu, Bapak, Kakek, Nenek, Adik,
Kakak dan kerabatmu?

Belum, mungkin itu jawabmu. Karena di keluargamu tak ada budaya
mengatakan cinta. Hingga kagok terasa bila harus mengungkapkannya.

Boro-boro, barangkali itu katamu. Sedang pagi hari semua harus ke
tampat kerja dan ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang I Love
U?

Kawan, saat bertemu dengan para sahabat hari ini, sudahkah engkau
sampaikan cinta bagi mereka? Semua orang dekat baik di mata maupun di hati?
Semua orang dekat baik karena darah maupun pertalian aqidah?

Tidak! Mungkin begitu tangkismu. Kebersamaanmu dengan mereka lebih
karena tuntutan kerja dan aktifitas, mungkin itu jawabnya.

Tak biasa! Barangkali demikian kau bilang. Toh, obrolan dan jalan
bersama sudah menunjukkan cinta. Hingga ia tak harus diuntai dalam kata.
Sedang sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang kau punya untuk
mereka.

Bisa jadi demikian halnya. Namun, alangkah indah jika engkau coba Sabda
kekasihNya.

Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma’dikariba ra, dari Nabi SAW, beliau
bersabda: “Apabila seseorang mencintai Saudaranya, beritahukanlah
kepadanya bahwa ia mencintainya” (HR Abu Daud)

Dari Anas ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi
SAW, kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di
hadapan Nabi berkata: “Ya, Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai
orang itu.” Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu sudah memberitahukan
kepadanya?” Dia menjawab: “belum.” Beliau bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!”
Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya
mencintaimu karena Allah.” Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Zat
yang menjadikanmu mencintaiku karenaNya” (HR Abu Daud)

Kawan, pernahkah engkau mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat, hanya
karena engkau ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali
cinta?

Tidak sempat. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan
dan urusan yang tak mungkin ditinggalkan.

Kawan, pernahkah engkau menelepon ‘hanya’ untuk sekedar bersilaturahmi?
Sekedar menyapa, mendengar suara di seberang sana dan menanyakan
kabarnya?

Ah, tak terpikirkan. Dapat pula itu ungkapmu. Sedang masih banyak nomor
terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.

Mungkin ada baiknya, jika engkau dengar sabda Sang Nabi berikut ini.

Dari Abu Hurairah ra, dari nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada
seseorang akan berkunjung ke tempat Saudaranya yang berada di desa
lain, kemudian Allah ta’ala mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah
malaikat itu berjumpad engannya ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?” Ia
menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa
itu.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah kamu merasa berhutang budi
padanya sehingga merasa perlu mengunjunginya? Laki-laki itu menjawab: ”Tidak.
Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah ta’ala.
Malaikat kemudian berkata: “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk
menjumpaimu, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu
karena Allah (HR Muslim)

Kawan, sudahkah kau jabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkah kau
peluk keluargamu hari ini?

Pasti, seperti itu barangkali kau sampaikan. Karena itu telah menjadi
kebiasaan masyarakat.

Bukan, sahabat! Karena ia adalah sesuatu yang disunnahkan. Menjadi
penggugur dosa para pelakunya. Mewujudkan cinta para penghasungnya. Semoga
berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Nabi SAW mencium Al Hasan bin Ali
ra, kemudian Aqra’ bin Habis berkata: Sesungguhnya saya memiliki sepuluh
anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka
Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak akan dikasihi.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “Zaid bin Haritsah dtang ke Madinah dan
rasulullah SAW sedangn berada di rumahku, kemudian ia datang dan mengetuk
pintu, lantas Nabi SA bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan
minciumnya.” (HR Turmudzi)

Dari Al Barra’ ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ dua orang
islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang
tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)

Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunnahkan Al
musthafa.. Engkau tidak harus romantis untuk melakukannya. Engkau tidak usah
malu karena merasa sudah bukan masanya. Karena cinta tidak mengenal
usia. Bolehlah ia diungkap oleh anak kepada Bapak dan ibunya, Ayah bunda
pada sang putra, keponakan kepada kerabatnya. Seseorang pada sahabatnya.
Terlebih bagi pasangan hidupnya. Karena cinta adalah bahasa dunia.

Maka, apa yang menghalangimu mengatakan Aku Cinta Padamu hari ini, dan
menunjukkan kasih sayang pada keluarga, saudara, kaum kerabat dan
sahabat?

Katakan Aku Cinta Padamu

ASKEP HALUSINASI

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

Pengertian

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missinterpretation). Salah tafsir tersebut terjadi antara lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut, excited (tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau perubahan persepsi (Triwahono, 2004).
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003).
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa pengertian mengenai halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh beberapa ahli:

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

Gejala Halusinasi

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

Bicara sendiri.
Senyum sendiri.
Ketawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara.
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain.
Berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Ekspresi muka tegang.
Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
Tampak tremor dan berkeringat.
Perilaku panik.
Agitasi dan kataton.
Curiga dan bermusuhan.
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ketakutan.
Tidak dapat mengurus diri.
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
Gerakan mata abnormal.
Respon verbal yang lambat.
Diam.
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
Berkeringat banyak.
Tremor.
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Perilaku menyerang teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
Menarik diri atau katatonik.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

Jenis-Jenis Halusinasi

Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari tujuh jenis. Penjelasan secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi terdapat pada tabel 1.

Jenis Halusinasi

Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.

Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

Tahapan halusinasi

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

Rentang respon halusinasi.

Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut digambarkan pada gambar 2 di bawah ini.

Rentang respon neurobiologi pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya umum yang berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.

Berdasarkan gambar diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.

Konsep Dasar Keperawatan

Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.

Pengkajian

Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor antara lain:

Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Faktor predisposisi

1). Faktor perkembangan terlambat
a). Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b). Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c ). Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2). Faktor komunikasi dalam keluarga
a). Komunikasi peran ganda.
b). Tidak ada komunikasi.
c). Tidak ada kehangatan.
d). Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e) . Komunikasi tertutup.
f). Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua.

3). Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

4). Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5). Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6). Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.

Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1).Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2).Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).
3). Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku seperti yang tercantum pada tabel 2 di dibawah ini:

Tabel 2. Faktor pemicu gejala respon neurobiologis halusinasi (Stuart, 2007).

Faktor pemicu
Respon neurobiologis
Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.
Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.

3). Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
a). Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b). Waktu dan frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.
c). Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d). Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

a.Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.

Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:
1).Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.
2). Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.
3).Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
4).Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
5).Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
6).Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
7).Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi.
8).Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir.
9).Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
10).Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
11). Memori
a). Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.
b). Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji.
12). Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana.
13). Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.
14). Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.
Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan.

Mekanisme koping
1). Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2). Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3). Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.

Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.

Masalah Keperawatan

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien halusinasi adalah:

Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
Isolasi sosial : menarik diri.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Intoleransi aktifitas.
Defisit perawatan diri.

Pohon masalah

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase empat, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, akibat rendah diri dan kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan (Keliat, 2006).
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dapat disusun pohon masalah sebagai berikut:

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial (NANDA, 2001 dikutip oleh Keliat, 2006).

Rumusan diagnosis menurut Keliat (2006) dapat berupa:

Problem (masalah): nama atau label diagnosa.
Etiology (penyebab): alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
Sign dan sympton (tanda dan gejala): manifesitasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.

Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.

Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006 ) terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi keperawatan. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

Tujuan umum:
Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.
Intervensi:
1.1.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:
Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
1.1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
1.1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.
TUK 2:
Klien dapat mengenal halusinasinya.
2.1Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata.

Intervensi:
2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat.
Rasional:
Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya halusinasi.
2.1.2 Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
Rasional:
Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif
2.1.3 Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi perawat.
Rasional:
Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien.
2.2Klien dapat menyebutkan situasi yg dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi.
2.2.1 Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi.
Rasional:
Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi keperawatan.
2.2.2Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi.
Rasional :
Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam mengontrol halusinasi.
TUK 3:
Klien dapat mengontrol halusinasi.
3.1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila halusinasinya timbul.
Intervensi:
Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.
Rasional:
Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya.
3.2 Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu dengan melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau mendengar, lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat secara teratur, dan lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.
3.2.1Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan halusinasi.
3.2.2.Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.
Rasional:
hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg dijelaskan.
3.2.3.Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasinya.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 4:
Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.
4.1Klien mau minum obat dengan teratur.
Intervensi :
4.1.1Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang diminum agar klien mau minum obat secara teratur.
TUK 5:
Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
5.1Klien mendapat sistem pendukung keluarga.
Intervensi:
5.1.1Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bila halusinasinya timbul.
Rasional :
Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat klien.
5.1.2Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu jangan biarkan klien menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat, setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien.

a.Diagnosa 2: perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
1).Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk mencegah timbulnya halusinasi.
Tujuan khusus:
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.
Intervensi:
1.1.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:
Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
1.1.2Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
1.1.3Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati
Rasional :
Agar klien merasa diperhatikan.
TUK 2:
Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.
2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pada dirinya.
Intervensi:
2.1.1Kaji Pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.

Rasional:
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang menarik diri.
2.1.2Dorong klien untuk menyebutkan kembali penyebab menarik diri.
Rasional:
Membantu mengetahui penyebab menarik diri sehingga membantu dlm melaksanakan intervensi selanjutnya.
2.1.3Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien dalam mengungkapkan penyebab menarik diri.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 3:
Klien dapat mengetahui manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1Klien dapat mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi:
Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yg diberikan.
3.1.3 Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 4:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
4.1Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Intervensi:
4.1.1 Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Mencegah timbulnya halusinasi.
4.1.2 Diskusikan dengan klien cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien cara yang yg dilakukan dalam berhubungan dengan orang lain.
4.1.3 Beri reinforcement atas keberhasilan yg dilakukan.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 5 :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
5..1Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Untuk mengetahui perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain.
5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Mengetahui pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Berikan reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan orang lain.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 6:
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
6.1 Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien yang menarik diri.
Intervensi:
6.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
Rasional:
Agar terbina rasa percaya keluarga kepada perawat.
6.1.2 Diskusikan dengan anggota keluarga perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri dab cara keluarga menghadapi klien.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang menarik diri dan cara merawatnya.
6.1.3 Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian datang menjenguk klien (1 x seminggu).
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.

b.Diagnosa 3: isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

1) Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
2). Tujuan khusus:
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.2Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.
Intervensi:
1.2.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:
Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
1.2.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
1.2.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.
TUK 2 :
Klien dapat mengidenfikasi kemampuan dan sisi positif yang dimiliki.
2.1 Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan sesuai dengan kemampuannya.

Intervensi:
2.1.1Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya : apa harapan klien bila pulang nanti dan apa yg menjadi cita-citanya.
Rasional:
Untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien.
2.1.2Bantu klien mengembangkan antara keinginan dengan kemampuan yang dimilikinya.
Rasional:
Membantu klien membentuk harapan yang realitas.
TUK 3:
Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialaminya.
3.1 Klien dapat mengevaluasi dirinya.
Intervensi:
Diskusikan dengan klien keberhasilan yg pernah dialaminya.
Rasional:
Mengingatkan klien bahwa tidak selamanya dia gagal.
3.2 Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya
3.2.1 Diskusikan dengan klien kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya.
Rasional:
Mengetahui sejauh mana kegagalan yg dialami oleh klien.
3.2.2 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 4:
Klien dapat membuat rencana yang realistis.
4.1 Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai.

Intervensi:
4.1.1 Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin di capai.
Rasional:
Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya.
4.2 Klien dapat membuat keputusan dalam mencapai tujuan.
4.2.1 Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.
Rasional:
Menghargai keputusan yang dipilih oleh klien.
4.2.2 Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan.
Rasional:
Meningkatkan harga diri.
TUK 5:
Klien dapat memanfaatkan system pendukung keluarga.
5.1 Keluarga memberi dukungan dan ujian.
Intervensi:
5.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentan cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Rasional:
Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
5.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional :
Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan klien.
5.2 Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.
5.2.1 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional:
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
5.2.2 Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.
Rasional:
Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan klien di rumah.
5.2.3 Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.

c.Diagnosa 4: defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
1). Tujuan umum:
Klien dapat meningkatkan motivasi dalam mempertahankan kebersihan diri.
2). Tujuan khusus:

TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1.Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.
Intervensi:
1.1.1.Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:
Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
1.1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
1.1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.
TUK 2 :
Klien dapat mengenal pentingnya perawatan diri.
2.1 Klien dapat menyebutkan tanda kebersihan diri yaitu badan tidak bau, rambut rapi, bersih dan tidak bau, gigi bersih dan tidak bau, baju rapi tidak bau, kuku pendek.
Intervensi:
2.1.1 Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang aarti bersih dan tanda-tanda bersih.
Rasional:
Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.
2.1.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.
Rasional:
Mengetahui pemahaman klien ttg kebersihan diri.
2.1.3 Berikan pujian atas kemampuan klien menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
2.2 Klien dapat menyebutkan tentang pentingnya dalam perawatan diri, memberi rasa segar, mencegah penyakit mulut dan memberikan rasa nyaman.
2.2.1 Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya dalam melakukan perawatan diri.
Rasional:
Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.
2.2.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat dalam melakukan perawatan diri.
Rasional:
Mengetahui pemahaman informasi yang telah diberikan.
2.2.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaat perawatan diri.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
2.3 Klien dapat menjelaskan cara merawat diri yaitu mandi 2 x sehari, pakai sabun , gosok gigi minimal 2 x sehari , cuci rambut 2- 3 x sehari dan ganti pakaian 1 x sehari.

TUK 3:
Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri maupun bantuan perawat.
3.1 Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri.
Intervensi:
3.1.1 Motivasi dan bimbingan klien untuk memelihara kebersihan diri.
Rasional:
Agar klien melaksanakan kebersihan diri.
3.1.2 Anjurkan untuk mengganti baju.
Rasional:
Memberikan kesegaran.
TUK 4:
Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
4.1 Klien selalu rapi dan bersih.
Intervensi:
4.1.1 Beri Reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.
Rasional:
Meningkatkan harga diri sendiri.
TUK 5:
Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan kebersihan diri
5.1 Keluarga selalu mengingat hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
Intervensi:
5.1.1 Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
Rasional:
Untuk memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyebab kurangnya kebersihan pada klien.
5.1.2 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan.
Rasional:
Klien dapat mengetahui tentang tindakan perawatan diri yang mampu dilakukan oleh klien.

Implementasi

Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Evaluasi

Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan penjelasan sebagai berikut:

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?”.
O : Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak lanjut dapat berupa:

a.Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.
b.Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.
c.Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan.

Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah:

a.Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
b.Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.
c.Meminta bantuan atau partisipasi keluarga.
d.Mampu berhubungan dengan orang lain.
e.Menggunakan obat dengan benar.
f.Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.
g.Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara mengatasi halusinasi serta dapat mendukung kegiatan-kegiatan klien.

Sumber:
1.Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2.Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3.Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4.Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5.Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.
6.Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
7.Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book.