Senin, 15 Februari 2010

Arti Cinta

ade_wiwik26@yahoo.com

Cinta tak pernah akan begitu indah jika tanpa persahabatan…..yang
satu selalu menjadi
penyebab yang lain dan
prosesnya…adalah irreversible……
Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat
yang terhebat.
Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap
bahwa seseorang itu akan
mencintai kamu persis sebaliknya dalam
kapasitas yang sama.
Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang
lain akan dirasa
kurang………..
Begitu juga dalam kasus. kamu yang mencari,
dan yang lain akan
menanti……
Jangan pernah takut untuk jatuh cinta….
mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin
akan
menyebabkan kamu sakit dan menderita…..
tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada
akhirnya kamu akan menangis…….
jauh lebih pedih…karena saat itu menyadari
bahwa kamu tidak pernah memberi….cinta.itu
sebuah jalan.
Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah
komitmen….
Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja……
Cinta tak harus berakhir bahagia…..
karena cinta tidak harus berakhir…..
Cinta sejati mendengar apa yang tidak
dikatakan….
dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab
cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau
pikiran………
melainkan dari HATI.
Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan
apapun
sebagai imbalan,karena
jika kamu demikian, kamu bukan
mencintai,melainkan…..investasi.
Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk
menerima penderitaan.
Karena jika kamu mengharap kebahagiaan,kamu
bukan
mencintai….melainkan memanfaatkan.
Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu
bersama seseorang yang kamu
cintai dari pada kehilangan seseorang yang kamu
cintai, karena egomu yang tak berguna itu……..
Bagaimana aku akan berkata ” SELAMAT
TINGGAL “….
kepada seseorang yang tidak pernah aku
miliki ???????
Kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang
tidak pernah menjadi kepunyaanku ?????
Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak
pernah
bersamaku dan kubertanya,
Kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya
tidak pernah untukku ????
Sangat sulit bagi dua orang yang mencintai satu
sama lain ketika mereka
tinggal dalam dua dunia yang berbeda……….
Tapi ketika kedua dunia ini melebur dan menjadi
satu, itulah yang disebut KEAJAIBAN !!!!!
Jangan mencintai seseorang seperti
bunga,karena
bunga mati kala musim berganti,
Cintailah mereka seperti sungai, sebab
Sungai mengalir selamanya……..
Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu
bagaikan kepingan2 kaca,
tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa Ada
seseorang yang akan bersedia untuk
menambal lukamu dengan mengumpulkan
kembali pecahan2 kaca itu…..
Sehingga kamu akan menjadi utuh kembali……
KATA – KATA BIJAK tentang CINTA

ade_wiwik26@yahoo.com


Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)

Selasa, 09 Februari 2010

Category: Other

Alhamdulillah 4 hari lg(27 oktober) alif sudah berusia 6 bulan,yang artinya siap untuk di berikan makanan tambahan, dan klo ngeliat ibunya makan pasti ikut ngunyah2:)..lucu banget liatnya...
setelah cari-cari ketemu banyak hal tentang syarat pemberian makanan pada bayi,jadi ga asal kasih..semoga tulisan ini bermanfaat..^-^

memasuki usia 6 bulan bayi sudah bisa makan makanan padat. Jenis makanan yang diberikan juga lebih beragam selama disesuaikan kelembutan dan kekentalannya sesuai kebutuhan bayi dan tidak diberi garam atau gula.

Tanda-tanda bayi siap makan makanan padat

Ini adalah ciri-ciri yang perlu diperhatikan walaupun mungkin bayi anda belum melakukan semuanya

- Sudah bisa menegakkan kepala sendiri

- Bisa duduk dengan baik di kursi

- Bisa melakukan gerakan mengunyah

- Berat badan terlihat meningkat hingga kira-kira sudah dua kali lipat berat badan ketika lahir

- Terlihat tertarik pada makanan

- Bisa menutup mulut jika disodorkan sendok

- Bisa memindahkan makanan dari mulut bagian depan ke mulut bagian belakang

- Bisa menggerakan lidah, dan tidak lagi mendorong makanan keluar menggunakan lidah

- Terlihat masih lapar setelah diberi delapan hingga sepuluh kali ASI atau 1200 cc susu formula

- Mulai tumbuh gigi

Jenis Makanan

- ASI atau susu formula DITAMBAH

- Bubur sereal beras atau bubur tepung beras

- Dilanjutkan dengan sereal biji-bijan lainnya

- Bubur sayuran (misal: ubi manis, labu-labuan) atau bubur buah-buahan (misal: pisang, apel, pear, alpukat)

- Kaldu

- Produk susu sapi seperti keju

- Daging sapi, daging ayam, daging kambing, hati, dan ikan yang sudah dihaluskan. Ikan ada yang menganjurkan ditunda hingga lebih dari satu tahun karena berpotensi menimbulkan reaksi alergi

- Merah telur. Putih telur ada yang memperbolehkan sebelum satu tahun, ada juga yang menganjurkan ditunda hingga lebih dari satu tahun karena berpotensi menimbulkan reaksi alergi

- Tahu

Bagaimana

- Mulai dari bubur tepung beras yang sangat encer satu hari sekali, kira-kira sebanyak 1/2 sendok makan pada percobaan pertama. Mengapa beras? Beras memiliki resiko alergi yang rendah.

- Jika bayi sudah mulai terbiasa makan, bisa ditambah porsinya atau ditambah kekentalan buburnya. Lama kelamaan bentuk makanannya sudah tidak perlu terlalu halus, mirip seperti bubur untuk orang dewasa.

- Selalu berusaha memperkenalkan jenis makanan baru kepada bayi dengan mengingat waktu menunggu 4 hari untuk melihat apakan bayi memliki reaksi alergi terhadap makanan itu. Diawali dengan memberikan satu rasa setiap kali menambah menu. Apabila terlihat tidak menimbulkan reaksi alergi, hari-hari berikutnya bisa dicampur dengan rasa lain yang sudah ketahuan tidak menimbulkan reaksi alergi juga. Jangan batasi jenis makanan untuk bayi anda, meskipun itu makanan yang tidak anda suka.

- Beberapa orang menyarankan untuk memberikan sayuran terlebih dahulu sebelum diberikan buah-buahan, sehingga bayi tidak lebih lebih dahulu kenal manisnya buah.

- Bila bayi sudah terbiasa makan sekali dalam sehari, bisa ditambahkan menjadi dua kali dalam sehari dan kemudian menjadi tiga kali.

- Rangsang anak untuk mengunyah. Bila terlihat bayi bisa melakukan gerakan mengunyah walaupun belum memiliki gigi, bisa mulai diberikan diberikan makanan yang tidak terlalu lembut seperti potongan kecil pisang (tidak usah dilembutkan), potongan pepaya, mangga; atau juga makanan agak keras seperti potongan roti kering, wortel, apel, potongan keju, sehingga bayi tidak bisa menggigitnya hanya bisa menggerogoti. Biarkan mereka memegang dan mencoba menggerogotinya. Bayi tidak mengunyah makanan menggunakan gigi, melainkan ditekan oleh gusinya. Pastikan makanan yang diberikan kepada bayi tidak berpotensi untuk membuat dia tersedak dan selalu diawasi ketika makan. Membiasakan anak mengunyah sejak usia dini memudahkan dia untuk lepas dari makanan lembut.

Makanan yang dihindari

- Madu. Tidak dianjurkan untuk bayi dibawah usia satu tahun, karena ada kemungkinan terkena bakteri Clostridium Botulinum. Bayi belum memiliki imunitas terhadap bakteri ini.

- Garam. Makanan bayi sebaiknya tidak diberi garam karena belum kuat diproses oleh ginjalnya. ASI dan formula sudah mencukupi kebutuhan garam ditubuhnya

- Gula. Biarkan bayi tidak terbiasa pada rasa manis yang bisa merusak giginya.

- Kacang. Selain ada kemungkinan tersedak, kacang juga sangat berpotensial menimbulkan reaksi alergi

- Susu sapi sebagai minuman. Tidak mencukupi kandungan lemak, nutrisi (terutama besi), dan kalori. Terlalu banyak sodium. Juga berpotensi menjadi alergen. Kecuali produk susu seperti keju, diperbolehkan setelah bayi berusia 6 bulan.

Catatan- Pada usia 6-8 bulan ini, ASI atau susu formula masih menjadi sumber utama makanan bayi. Makanan lain hanya sekedar tambahan.

- Selalu menunggu 4 hari untuk memperkenalkan makanan baru kepada , agar terlihat apakah bayi memiliki reaksi alergi terhadap makanan itu.

Senin, 08 Februari 2010

Puisi Sahabat

ade_wiwik26@yahoo.com


Sahabatku ..

Sudah lama kita bersahabat ..

Dari awal aku tak mengenalmu ..

Sekarang kau menjadi teman dekatku ..



Awalnya minyak bercampur dengan air ..

Masih tidak bersatu

Akhirnya perangko dengan lem..

Sangat dekat,takkan bisa terpisahkan..



Itu kisah masa lalu kita..

Saat kita belum mengenal..

Lama lama kita makin akrab..

Sampai sampai menjadi sahabat..



Sahabatku..

Sangat baik niatmu..

Ingin membahagiakan aku selalu..

Semangat itu tak pudar dari hatimu..



Niat itu tak terbatalkan..

Justru terlaksanakan..

Kini aku bahagia

Menjadi sahabatmu..



Sahabatku..

Kau adalah teman terbaikku..

Walau hanya sekejap

Di depan mata..



Sahabatku..

Kau akan selalu

Menjadi sahabatku…

Selamanya…
Lingkungan

ade_wiwik26@yahoo.com



Lingkungan
Kau tempat kami berpijak
Tempat kami menghirup udara segar
Dan menanam segala tanaman

Lingkungan
Kadang kau kotor layak tempat tak terurus
Sampah yang punahkan bersihmu
Kotoran punahkan indahmu
Polusi hitamkan langitmu

Akan tetapi...
Tanaman pancarkan kesegaran
Bunga pancarkan wangimu
Bagai kau tak tua
Bagai udaramu tak terhitamkan

Inginku mengubah semua
Menjadi seperti itu
Hijau, tentram
Udaramu terputih bagai tak bernoda

Sampahmu hilang
Kotoran tak mengganggu indahmu
Agar bumi terbebas dari ancaman
Dari ancaman kematian dibumi
karena adanya global warming
Sejarah Kertas

ade_wiwik26@yahoo.com

Kertas pertama kali diciptakan oleh bangsa Cina. Tsai Lun adalah orang yang menemukan kertas yang dibuat dari bahan bambu yang mudah didapatkan di Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini kemudian menyebar ke Jepang dan Korea seiring dengan menyebarnya bangsa Cina ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu, walaupun sebenarnya cara pembuatan kertas pada awalnya merupakan hal yang sangat dirahasiakan.

Teknik pembuatan kertas jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi. Para tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab, sehingga kemudian muncullah industri-industri kertas disana.

Teknik pembuatan kertas kemudian juga menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan Spanyol dan ke seluruh dunia.
Sejarah Pensil

ade_wiwik26@yahoo.com

Penggunaan timbal dan grafit yang memberikan efek goresan abu-abu sudah dimulai sejak zaman Yunani.


Pada tahun 1564 ditemukan kandungan grafit murni dalam jumlah besar di Inggris bagian utara. Walaupun terlihat seperti batu bara, grafit tidak dapat terbakar, dan meninggalkan bekas berwarna hitam mengkilap serta mudah dihapus. Pada masa itu grafit masih disalahartikan dengan timah hitam dan plumbago. Karena itulah istilah lead pencil (pensil timah) masih digunakan sampai sekarang.


Karena berminyak, dahulu grafit dibungkus dengan kulit domba atau potongan kecil timah berbentuk tongkat dibungkus dengan tali.


Tidak diketahui dengan pasti siapa yang pada awalnya memasukkan grafit ke dalam wadah kayu sehingga berbentuk pensil yang kita kenal sekarang ini. Namun, pada tahun 1560-an, pensil dengan bentuk yang primitif sudah ada di benua Eropa.


Grafit kemudian diekspor untuk para seniman, dan pada abad ke 17 bisa dikatakan grafit telah digunakan dimana-mana.


Para pembuat pensil melakukan percobaan dengan grafit untuk menciptakan alat tulis yang lebih baik.


Karena grafit menjadi hal yang begitu berharga dan menjadi incaran pencuri, pada tahun 1752 Parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang yang menetapkan bahwa pencuri grafit bisa dipenjarakan.


Pada tahun 1789 nama grafit yang berasal dari bahasa Yunani graphein resmi diberikan, sehingga menghilangkan kebingungan antara grafit dengan timah hitam.
Dalam pembuatan pensil modern, grafit murni digunakan dengan cara dicampur dengan tanah liat.
The Tortoise and the Hare

ade_wiwik26@yahoo.com

The Hare was once boasting of his speed before the other animals. "I have never yet been beaten," said he, "when I put forth my full speed. I challenge any one here to race with me."

The Tortoise said quietly, "I accept your challenge."

"That is a good joke," said the Hare; "I could dance round you all the way."

"Keep your boasting till you've won," answered the Tortoise. "Shall we race?"

So a course was fixed and a start was made. The Hare darted almost out of sight at once, but soon stopped and, to show his contempt for the Tortoise, lay down to have a nap. The Tortoise plodded on and plodded on, and when the Hare awoke from his nap, he saw the Tortoise just near the winning-post and could not run up in time to save the race.

Then the Tortoise said: "Slow but steady progress wins the race."




[Aesop’s classic tales]
The Princess and the Pea

ade_wiwik26@yahoo.com

Once upon a time there was a prince who wanted to marry a princess; but she would have to be a real princess. He travelled all over the world to find one, but nowhere could he get what he wanted. There were princesses enough, but it was difficult to find out whether they were real ones. There was always something about them that was not as it should be. So he came home again and was sad, for he would have liked very much to have a real princess.




One evening a terrible storm came on; there was thunder and lightning, and the rain poured down in torrents. Suddenly a knocking was heard at the city gate, and the old king went to open it.




It was a princess standing out there in front of the gate. But, good gracious! what a sight the rain and the wind had made her look. The water ran down from her hair and clothes; it ran down into the toes of her shoes and out again at the heels. And yet she said that she was a real princess.




Well, we'll soon find that out, thought the old queen. But she said nothing, went into the bed-room, took all the bedding off the bedstead, and laid a pea on the bottom; then she took twenty mattresses and laid them on the pea, and then twenty eider-down beds on top of the mattresses.




On this the princess had to lie all night. In the morning she was asked how she had slept.




"Oh, very badly!" said she. "I have scarcely closed my eyes all night. Heaven only knows what was in the bed, but I was lying on something hard, so that I am black and blue all over my body. It's horrible!"




Now they knew that she was a real princess because she had felt the pea right through the twenty mattresses and the twenty eider-down beds.




Nobody but a real princess could be as sensitive as that.




So the prince took her for his wife, for now he knew that he had a real princess; and the pea was put in the museum, where it may still be seen, if no one has stolen it.
The Pied Piper

ade_wiwik26@yahoo.com

Many years ago, in the German town of Hamelin, the people had a terrible problem with rats. There were rats everywhere, in the streets, houses, beds, and even in babies cots. The mayor did not know what to do.

One day, a peculiar man called the Pied Piper arrived and said he could deal with the problem if the mayor would pay a huge sum of money. The mayor agreed.

The Pied Piper played the pipes and the rats followed him out of Hamelin and fell out a cliff.
"I refuse to pay!" said the mayor.

So, the Pied Piper played his pipes again. This time every child followed the Pier Piper. They never returned. The mayor had learned his lesson, but much too late.
The Boy Who Cried Wolf

ade_wiwik26@yahoo.com

A shepherd-boy, who watched a flock of sheep near a village, brought out the villagers three or four times by crying out, "Wolf! Wolf!" and when his neighbors came to help him, laughed at them for their pains.



The Wolf, however, did truly come at last. The Shepherd-boy, now really alarmed, shouted in an agony of terror: "Pray, do come and help me; the Wolf is killing the sheep"; but no one paid any heed to his cries, nor rendered any assistance. The Wolf, having no cause of fear, at his leisure lacerated or destroyed the whole flock.




There is no believing a liar, even when he speaks the truth.
The Gingerbread Man

ade_wiwik26@yahoo.com

Once upon a time, an old woman and her husband lived alone in a little old house. The couple had no children, and being lonely, the woman decided to make a boy of gingerbread. She carefully mixed the batter, rolled out the dough, and cut out out a very nice gingerbread man. She added sugar icing for his hair, mouth, and clothes, and she used candy chips for buttons and eyes. What a fine looking gingerbread man he was! The old woman put him in the oven to bake. After he was fully done, she slowly opened the oven door. Up jumped the gingerbread man, and he ran out the door saying,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The old woman and the old man ran after him, but they could not catch him.


And so the Gingerbread Man ran and ran. While he running, he met a cow.
"Moo," said the cow. "You look very fine! Fine enough to eat!" And the cow started to chase to little man.
But the Gingerbread Man ran faster, saying,
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
And I can run away from you!
I can!"

And he laughed,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The cow ran after the Gingerbread Man, but she could not catch him.


The Gingerbread Man kept running, and soon he met a horse.
"Neigh," said the horse, "You look mighty tasty. I think that I would like to eat you."
"But you can't!" said the Gingerbread Man.
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
And I can run away from you!
I can!"

And so he ran singing,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The horse ran after the Gingerbread Man, but he could not catch him.



The Gingerbread Man ran and ran, laughing and singing. While he ran, he met a chicken.
"Cackle, cackle," said the chicken, "You look fine enough to peck for dinner. I'm going to eat you, Mr. Gingerbread Man."
But the Gingerbread Man just laughed.
"I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
I ran away from a horse,
And I can run away from you!
I can!"

And so he ran singing,
"Run, run, as fast as you can!
You can't catch me!
I'm the Gingerbread Man!"
The chicken ran after the Gingerbread Man, but she could not catch him.



The Gingerbread Man was proud that he could run so fast.
"Nobody can catch me," he thought. So he kept on running until he met a fox.
He just had to tell the fox how he ran faster than all the others.

"Mr. Fox," he said,
"As tasty as I appear to be,
I cannot let you catch and eat me.
I ran away from an old woman,
I ran away from an old man,
I ran away from a cow,
I ran away from a horse,
I ran away from a chicken,
And I can run away from you!
I can!"
But Mr. Fox did not seem to care.

"Why would I want to bother you?" asked Mr. Fox. "You don't even look that tasty. No, young man, I don't want to eat you at all."
The Gingerbread Man was so relieved.

"Well, indeed, Mr. Fox," said the Gingerbread Man. "If you don't mind, I think I'll take a little rest here." And the Gingerbread Man stopped running and stood still.
And right when he stood still. Snap! went Mr. Fox's jaws right into the Gingerbread Man until he was gone.
"He was very tasty after all," thought the fox.
Sejarah Es Krim

ade_wiwik26@yahoo.com

Sejarah Es Krim


Sebelum adanya sistem pendingin yang modern, es krim adalah makanan yang mewah dan hanya dihidangkan pada acara-acara yang spesial.


Dahulu, membuat es krim adalah hal yang sangat merepotkan. Untuk membuat es krim, Es didapatkan dari danau atau kolam yang membeku saat musim dingin, kemudian dipotong dan disimpan dalam tumpukan jerami, lubang di dalam tanah, atau tempat penyimpanan es yang terbuat dari kayu dan diberi jerami. Es disimpan untuk kemudian dipakai saat musim panas.


Saat musim panas. es krim kemudian dibuat secara tradisional dengan mengolah adonan didalam mangkuk besar yang ditaruh dalam sebuah tube yang diisi dengan campuran es yang telah dihancurkan dan garam, yang membuat adonan es krim itu membeku.
Misteri Apel

ade_wiwik26@yahoo.com

Sella namanya. Ia sangat suka apel. Malah, dia memiliki sebatang pohon apel yang ranum. Batangnya kokoh dan tebal. Ia selalu menantikan musim panen apel, di mana pohon apelnya bertambah rimbun akan buah-buah apel yang merah, lezat, dan segar.



Hari ini, Sella terburu-buru memasuki pagar rumahnya yang terbuat dari kayu jati dan tingginya hanya sebahunya. Lalu, ia menatap pohon apelnya dengan senyuman lebar. Ya, waktunya pesta apel malam ini!

Hari ini, Jum’at, adalah awal musim apel yang amat dinantikan Sella. Sella segera memasuki pintu dapur dan menyapa Ibunya, “Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikum salam. Kok, buru-buru gitu, Sella?” tanya Ibu lembut. Sella segera masuk ke dalam kamarnya dan mengganti seragamnya dengan baju lengan panjang sesiku warna biru cerah dan celana jins selutut dengan bordir di pinggirannya.

“Ayo pesta apel, Bu!” sahut Sella sembari membawa keranjang rotan kecil. Ia memetik lima buah apel. Setelah dihitungnya dengan ekstra teliti, buah apel di pohonnya ada 26 buah. Setelah dipetiknya lima, tentu saja apelnya tinggal 21 buah! Sella sudah tidak sabar untuk mengunyah pai apel dan meneguk jus apel yang super duper lezatnya.

Sella duduk di bangku kayu panjang yang menghadap kebunnya. Kebun mini yang isinya : sebatang pohon apel, deretan bunga kamboja jepang, dua pot bunga tulip, dan lima jemani yang harganya masih membumbung tinggi. Sella menggigit apelnya. Hmm... lezat! pikirnya.

“Sella, kok makan apel, sih. Makan dulu, dong. Ibu sudah siapkan cap cay kesukaanmu. Terus ada telur orak arik juga! Favoritmu kan, wortel yang diiris tipis-tipis,” panggil Ibu dari dapur yang jaraknya dekat.



“Oke, Bu!” Sella segera membawa keranjang rotannya ke dalam rumah. Ibu memasukkan apel yang dipetik Sella ke dalam kulkas. Sella duduk di kursi meja makan menghadap piring berisi nasi dengan lauk telur orak-arik yang menggiurkan.

Sella makan dengan lahap. Setelah itu, ia membaca buku yang tadi diajarkan dan belajar untuk pelajaran esok. Setelah mengerjakan PR-nya, Sella mandi, sholat, lalu menonton teve sampai adzan magrib berkumandang.

Esoknya, Sella bersiap-siap. Ia mengecek tasnya, kalau-kalau ada yang lupa. Ibu menyiapkan sarapan dengan lauk ayam goreng, sayur sop, dan semangkuk kecil sambal terasi. Sella makan dengan lahap, lalu menyikat gigi sebentar dan mengenakan kaus kaki dan sepatunya.

“Lho, kok, buah apelku tinggal 15? Bukankah kemarin 21?” gumamnya. “Ibu, Ayah, apakah Ibu atau Ayah memetik enam buah apelku?”

“Tidak. Coba teliti lagi, atau hanya halusinasimu saja. Kamu kadang kurang teliti!” kata Ibu.

Sella bergidik ketakutan. “Apa yang mencuri apelku itu hantu, ya?”

“Hush! Tidak ada yang namanya hantu. Mungkin bukan hantu yang mencuri, tapi anak-anak nakal. Pasti suatu hari mereka minta maaf padamu,” jawab Ibu tegas.

Selama di sekolah, Sella merasa tidak enak. Ia terus memikirkan apelnya. Kalau hanya sebuah tidak apa-apa. Tapi, ini enam, pikirnya dengan jantung berdebar kencang.

Malamnya, Sella sengaja ingin tidur lebih malam, karena ini malam Minggu. Ayah dan Ibu menonton film di tv. Sella membuka sedikit gorden jendela di kamarnya. Lalu, ia melihat kira-kira sepuluh ekor burung sedang mendekati pohon apelnya. Burung-burung itu sangat cantik. Lalu, mereka memakan buah apel Sella. Sella membelalak melihatnya.

Ternyata yang memakan buah apelku itu para burung, gumam Sella. Ayah mengintip Sella. Sebenarnya Ayah dan Ibu ingin menghadiahkan burung untuk Sella karena ia telah masuk tiga besar di kelas. Lalu, Ayah masuk ke garasi dan mengambil kotak yang tertutup kain lusuh warna putih yang sudah pudar.

“Sella... KEJUTAN!!!” seru Ayah dan Ibu mengejutkan Sella. Sella menoleh. Lalu, Ayah memberikan kotak itu pada Sella. Sella takut membukanya.

“Cuit! Cuit!” Sella menatap takjub apa isi kotak berwarna hijau itu. Seekor burung parkit berwarna hijau yang sangat manis.

“Terima kasih, Ayah, Ibu!” seru Sella gembira.
Mendapatkan Pekerjaan

ade_wiwik26@yahoo.com
“Lia….”panggil Lila, kakaknya Lia.

“Ada apa kak?” Tanya Lia sambil tersenyum.

“Ada telepon untukmu, Li..”kata Lila.

“Halo, maaf, dari siapa ya?”Tanya Lia dengan suara ramah.

“Ini dari Vrenian Restaurant. Kami butuh satu koki untuk memasak hidangan restoran. Kakakmu, Lila, bilang kepada saya bahwa kamu itu pintar membuat masakan dan minuman segar. Maukah kamu bekerja di Vrenian Restaurant?”Tanya pak Ben, pemilik

“Saya mau, dan bersedia, pak Ben..”kata Lia dengan gembira.

“Oh, baiklah. Nanti sore, jam empat kamu datang ke, ya.. Kita pengenalan dulu dengan koki lainnya..”kata pak Ben.

“Baik, pak..”kata Lia.

“Sampai nanti sore, ya.”

“Iya, pak..”

Lia sangat senang. Kali ini dia punya pekerjaan. Kakaknya melihat Lia senang sekali.

“Kamu dapat pekerjaan, ya! Kakak dapat juga, lho! Tapi kakak kerja pagi. Kalau kamu kerja sore.”kata Lila.

“Kakak pekerjaannya apa? Kalau Lia sih, menjadi koki!”kata Lia.

“Kakak kerja sebagai pembuat roti di Margareth’s Bakery. Eh, Lia! Bu Margareth itu istri nya Pak Ben, lho!”kata Lila.

“Oh.. pantas saja tokonya berdekatan..”katanya.

Siang itu, Lila akan pergi ke Margareth’s Bakery. Lila harus berkenalan dulu dengan pembuat roti lainnya, agar mereka saling akrab dan saling kenal. Lila langsung pergi saat Lia sedang tertidur. Tentu saja Lia tahu. Tadi saat mereka mengobrol Lila bilang dengan Lia, Lila sudah bilang dengan Lia.

Lia terbangun dari tidurnya. Dia menyadari bahwa kakaknya sudah pergi.

Hmm…. Aku siap siap, ah.. pikir Lia dalam hati. Saat Lia bersiap siap, Lila datang.

“Lia, kamu siap siap ya. Kakak antar kamu naik sepeda. Harus pegang erat erat. Kamu duduk di belakang kakak, ya.”perintah Lila.

“Baik, kak!”kata Lia.

Lia mandi, lalu Shalat Ashar bersama kakaknya, setelah itu mereka berangkat ke Vrenian Restaurant. Mereka berhati hati, takut jatuh atau tertabrak. Sebelumnya mereka membaca do’a.

Setelah sampai, Lia ditemani kakaknya.

“Lia, kenalkan, ini Wanda. Dia ada di bagian pemesanan. Ini Dio, Dia di bagian pencucian. Ini Verra, dia di bagian Pemasakan. Dan ini Clarra, dia adalah pelayan. Kamu tugasnya membantu, ya Lia. Hari ini adalah hari pertama kamu bekerja.”Kata Pak Ben menjelaskan.

Lila membeli orange juice. Dia memesan di bagian pemesanan, yaitu Wanda.

“Saya pesan dua orange juice, ya mbak,”Kata Lila kepada Wanda.

“Baik.. Verra, tolong buatkan dua orange juice, dan Lia, tolong kamu siapkan bahannya, ya.”Kata Wanda ramah.

“Baik,”kata Verra dan Lia bersamaan.

Lia menyiapkan buah jeruk, es batu, air, dan blender.

“Maaf, Lia. Saya sedang sibuk. Mohon dibuat, dua orange juice nya. Lalu kamu beri ke Wanda. Nanti Wanda memberinya ke Clarra.”kata Verra. Benar saja, Verra sedang sibuk.

“Baik, Kak Verra.”katanya.

Lia memotong buah jeruk menjadi beberapa bagian. Lalu dimasukkan ke blender. Setelah itu, dia menuang setengah air dari dua gelas yang berukuran sedang. Lalu dia memasukkan es batu. Dan menyalakan blendernya dengan hati hati. Setelah jadi, dia menuang minuman orange juice itu di dua gelas yang agak tinggi. Lalu diberikan ke Wanda. Setelah itu Wanda memberinya ke Clarra. Wanda memberitahu siapa yang memesan minuman itu.

“Itu, Clarra. Meja nomor 5, perempuan yang memakai bando pink itu.”kata Wanda memberitahu.

Lia bekerja, terus bekerja. Sehingga tak terasa sudah jam lima sore.

“Lia.. ayo sini, minum dulu. Kakak tadi belikan kamu orange juice..”panggil Lila.

“Iya kak.. Lia segera ke sana.”Kata Lia.

“Oh. Jadi tadi yang pesan orange juice dua itu kakak, ya?”Tanya Lia.

“Iya. Ada apa Li?”Tanya Lila.

“Orange Juice nya, yang buat itu Lia, kak!”Kata Lia.

“Wow.. anak pintar. Enak lho, rasanya…”kata Lila.

“Terimakasih, kakakku tersayang..”kata Lia.

Wanda.. Dio.. Verra.. Clarra.. Lia.. ayo, sini..”panggil Pak Ben.

“Iya, ada apa, pak?”Tanya mereka semua bersamaan.

“Silahkan pulang,Vrenian Restaurant akan ditutup. Nanti malam buka ,tapi bukan kalian yang bekerja, melainkan Koki yang lain..” kata Pak Ben.

“Baik, pak. Sampai besok sore..”kata Lia.

“Iya..”

Lalu Lia dan Lila pulang naik sepeda dengan hati hati. Setelah sampai dirumah, Lia berkata dengan Lila, “Ternyata asyik ya, punya pekerjaan….”

“Iya. Kita bisa hidup mandiri. Kapan kapan kita kunjungi kerja ayah dan ibu ya..”kata Lila.

Ya. Mereka tinggal tidak bersama orang tuanya. Lia dan Lila tinggal di Cilegon. Sedangkan ayah dan ibunya tinggal di Jakarta karena pekerjaannya harus disana.

Mereka senang punya pekerjaan. Sungguh senang. Makanya, selama hidup kamu harus berusaha. Nanti kamu bisa seperti Lia dan Lila, punya pekerjaan.
blify

ade_wiwik26@yahoo.com

Blify adalah nama seekor kupu kupu yang baik hati. Blify suka membantu teman temannya. Suatu hari Blify sedang mencari makanannya, yaitu sari bunga di semak semak bunga. Ia mendapatkan banyak sari bunga. Tiba tiba, datanglah Kiffi, kupu kupu yang amat pelit.



"Heh! Kamu, yaa, berani berani nya sudah mengambil sari bunga saya!" teriakan Kiffi terdengar sangat keras.

"Maaf, Kiffi, aku ingin meminta Sari Bunga itu." izin Blify.

"Tidak boleh!" ketusnya.

"Kiffi.. kamu bukanlah temanku yang baik.. tapi kamu pelit.." keluh Blify.

"Biar saja! semauku!" jawabnya ketus.

"Ya sudah.. biar saja.." kata Blify kecewa.



Tiba tiba, datanglah Clarra, teman Blify yang baik sekali.

"Blify, kamu kenapa?" tanya Clarra.

"Aku tadi meminta sari bunga milik Kiffi. Tapi dia tidak mengizinkannya.." jawab Blify.

"Hm.. baiklah. aku akan membantumu untuk mencari semak semak sari bunga untukmu, dan tentu saja, untuk yang lain juga." kata Clarra.

"Terimakasih, Clarra. kamu memang sahabatku yang baik!"

"Ya, sama sama." senyumnya.



Blify dan Clarra mencari kemana-mana. Akhirnya mereka mendapatkannya di dekat sungai BroBerry. Sungai itu ada di Pronto's Village. Mereka langsung menghampiri semak serbuk bunga.



Tiba tiba datang lagi Kiffi.

"Heh! sama aja, tau! Ini juga semak punya aku! Semuaaaaa semak serbuk bunga, pasti lah punya aku!" ketus Kiffi.

"Haaaaaa???" Blify dan Clarra tidak percaya.

"Enak aja, kamu!" seru Blify.

Secara tiba tiba, Kiffi jatuh kedalam sungai BroBerry.

"Aduuuh!!! toloooong!!!!"

"Ya, aku mau menolongmu! Asalkan kamu membagi serbuk bunga kepada semua kupu kupu!" kata Blify.

"Em.. ngg,, mmm.. iya deh! Cepeeet! Tolooooong.."



Lalu Blify dan Clarra membantu Kiffi. Akhirnya Kiffi bisa diselamatkan.

"Maafkan aku, ya, Clarra dan Blify."

"Iya. Jadi teman harus gitu, dong!" kata Blify.

Mulai saat itu, Blify, Clarra, dan Kiffi bersahabat baik.
Kartu Ucapan Aneh

ade_wiwik26@yahoo.com

Shasa melangkah menuju kelasnya di lantai dua dengan bersemangat. Hari masih pagi. Murid-murid sekolah dasar TUNAS belum banyak yang datang. Mendekati ruang kelasnya, tangannya meraba kantong kecil di bagian samping tas sekolahnya. Bibirnya tersenyum saat merasakan tonjolan kecil. Kado buat Nia yang sudah ia siapkan. Hmmm.. kira-kira bagaimana reaksi Nia bila menerimanya kelak ya?



“Naah.. Tuh, Shasa datang!”

Shasa yang baru saja masuk ke dalam kelas tertegun. Nia, Rara dan Fira tengah menatap kearahnya dari tempat duduk Nia.

“Kesini, Sha!” Panggil Rara yang pertama kali melihat kedatangannya.

Shasa mendekat dengan heran setelah terlebih dahulu meletakkan tasnya. “Ada apa?” tanyanya.

“Ada kerjaan buat kamu,” kali ini Fira buka suara.

“Kerjaan?” Shasa jadi semakin bingung mendengarnya. Kenapa teman-temannya jadi membicarakan tentang pekerjaan? Memangnya kelas empat SD sudah boleh bekerja?

“Tadi pagi Nia mendapati kartu ini di laci mejanya,” Fira menjelaskan sambil menyodorkan sebuah kartu.



Shasa membolak-balikkan kartu itu. Sebuah kartu berukuran seperempat buku tulis. Sepertinya bukan kartu yang banyak dijual di toko-toko melainkan dibuat sendiri dari karton berwarna Ungu. Warna kesukaan Nia. Di depannya terdapat bunga-bunga kecil terbuat dari pita lengkap dengan daunnya yang dilekatkan dengan lem. Di bagian belakangnya terdapat gambar babi kecil yang lucu dengan ekornya yang melingkar.



“Wooii.. Jangan dibolak-balik saja. Baca dong tulisan di dalamnya,” kata Rara dengan gemas. Rupanya ia tidak dapat menahan diri untuk tidak berkomentar melihat Shasa sejak tadi hanya membolak-balikkan kartu yang dipegangnya.



“Loh.. bilang dong dari tadi kalau aku harus membaca bagian dalamnya,” Shasa cekikikan. Rara cemberut. Shasa membuka kartu yang sejak tadi dipegangnya. Di bagian dalam kartu itu terdapat tulisan. Hurufnya kecil-kecil dan rapih.



nuhat gnalu tamales

kitnac habmat

aynnaritkart uggnutid



Shasa mengernyitkan kening. Ini bahasa apa ya? Pikir Shasa bingung. Bukan bahasa Inggris, bukan pula bahasa daerah. Hmmm.. bahasa yang aneh..



“Gimana, Sha?” tanya Rara.

“Apanya yang bagaimana?” Shasa balik bertanya.

“Ya ampun, Shasaaa…,” Rara berseru gemas. Bibirnya cemberut. Shasa tak dapat menahan cekikikannya.

“Maksud Rara, kamu mengerti tidak yang tertulis di kartu itu?” Fira buru-buru menengahi.

“Nggak,” Shasa menjawab polos. Matanya menatap satu persatu teman-temannya dengan pandangan tak bersalah.

“Katanya hobi baca buku misteri. Katanya ingin jadi detektif. Buktikan dong,” Rara mencibirkan bibirnya.



Shasa hanya tersenyum-senyum mendengar kata-kata Rara. “Oh.. jadi aku diminta memecahkan misteri kartu ucapan aneh ini,” Shasa mengangguk-anggukan kepala.



“Capek deehh..” Rara meletakkan sebelah tangannya di dahi. Nia dan Fira cekikikan melihatnya.

“Bagaimana sih ceritanya sampai kamu menemukan kartu ini?” tanya Shasa ingin tahu. Ditatapnya Nia dengan serius. Tanpa menunda-nunda, Nia segera menceritakan kisahnya.



Kalau mendengar cerita Nia, kartu ucapan itu memang misterius. Ketika tiba di kelas dan hendak memasukkan tas berisi baju olahraga ke dalam laci, Nia menemukan kartu itu. Tidak ada nama pengirimnya. Hanya ada gambar babi kecil di bagian belakang amplop sama seperti yang ada dibagian belakang kartu.



Shasa memilin-milin rambutnya dengan jari tangannya. Kebiasaannya bila sedang berfikir. Hmmm.. benar-benar kartu ucapan yang misterius.

“Ketika aku tiba di kelas tadi pagi, baru Deden dan Oca yang sudah datang,” tambah Nia.



Shasa melemparkan pandangannya ke luar kelas. Dilihatnya kedua anak laki-laki yang namanya disebut oleh Nia sedang asyik bercengkerama di dekat pagar pembatas. Sepertinya tidak mungkin salah satu dari mereka yang menjadi pengirim kartu misterius. Keduanya bukan tipe yang peduli dengan ulang tahun teman mereka. Lagipula tulisan tangan mereka tidak mirip dengan tulisan yang ada di kartu.



“Nanti aku pikirkan deh, siapa tahu saat istirahat nanti aku mendapat wangsit. Lagipula sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi,” kata Shasa sambil melihat ke arah jam dinding yang ada di depan kelas. Mereka pun membubarkan diri dan menuju bangku masing-masing.



“Eh, kamu mau kemana?” tanya Rara ketika dilihatnya Shasa terburu-buru menuju pintu kelas saat bel istirahat berbunyi.

“Sebentar, aku mau ke ruang Tata Usaha dulu. Nanti aku segera kembali ke kelas,” Shasa menjawab sambil bergegas.



Aduh.. ramai sekali suasana saat istirahat. Shasa sampai harus berdesak-desakkan saat menuruni tangga. Selesai menyerahkan uang untuk membayar catering kepada petugas Tata Usaha, Shasa setengah berlari kembali menuju kelasnya. Mudah-mudahan nanti ia akan mendapatkan ide untuk memecahkan kata-kata misterius di kartu ucapan yang diterima Nia.



“Saking terburu-burunya, di ujung tangga Shasa nyaris bertabrakan dengan dua orang murid kelas tiga yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Kalau susu dibalik jadi apa, hayo?” salah seorang dari mereka bertanya

“Jadi usus,” jawab yang lainnya.

“Salah dong, yang benar itu susu dibalik jadi tumpah,” yang pertama bertanya menjelaskan.



Shasa tersenyum-senyum sendiri mendengarnya. Eh, nanti dulu.. apa tadi katanya? Dibalik?

Begitu tiba di kelas, Shasa segera mengambil kartu ucapan misterius yang sedang diperhatikan oleh Nia, Rara dan Fira. Dibawah tatapan heran teman-temannya, Shasa membaca kata-kata yang tertulis di kartu. Kalian penasaran bagaimana Shasa bisa membacanya? Coba deh dibalik. Naahh.. sudah bisa membacanya kan?



“Lantas siapa yang menulis kartu itu?” kejar Rara.

Belum juga Shasa menjawab, dari pintu kelas terdengar teriakan, “Niaaa.. Pulang sekolah traktir burger dong di kantin. Kamu ulang tahun kan hari ini?”

Seorang anak perempuan tersenyum lebar di pintu kelas. Rambutnya dikuncir dua. Ikat rambutnya berhiaskan boneka babi berwarna ungu. Tangannya membawa dompet kecil begambar babi dengan ekornya yang melingkar.



“Itu dia yang menulis kartu ucapan dengan gambar babi kecil,” Shasa menunjuk ke arah Ghina, sepupu Nia yang masih tersenyum.

Nia menepuk dahinya. “Kok aku tidak terfikir ke arah sana ya?” sesalnya. “Seharusnya aku ingat kalau Ghina itu mengoleksi pernak-pernik bergambar babi.”



“Hebat.. Shasa bisa memecahkan misteri kartu ucapan yang aneh,” puji Fira.

“Shasa gitu loh,” Shasa menjawab sambil mengedip-ngedipkan matanya.

“Huuu.. Narsis..!” ketiga temannya berseru serempak. Shasa tertawa-tawa. Diambilnya kado kecil yang sudah disiapkannya untuk Nia.

“Met ultah ya,” ucapnya sambil menyerahkan kado ke tangan Nia.

Buat kalian yang masih kesulitan membaca ucapan yang ada di kartu, yuk kita baca dari belakang ke depan.



selamat ulang tahun

tambah cantik

tambah pintar

ditunggu traktirannya
Bantal Guling Shasa

ade_wiwik26@yahoo.com

Libur telah tiba..!

Horee.. !

Horee.. !

Horee..!

Bagi Shasa, saat liburan itu menyenangkan. Tidak ke sekolah. Tidak mengerjakan PR. Tidak mengerjakan tugas. Bisa main games. Nonton film kartun kesayangan. Main bersama teman. Pokoknya asyiiikk..!

Tambah mengasyikkan lagi bila bisa berlibur mengunjungi tempat-tempat wisata . Apalagi bila tempat yang dikunjungi itu berada di luar kota. Waahh.. ada banyak pengalaman seru yang menanti. Mulai dari perjalanan itu sendiri, mengunjungi obyek wisata sampai menikmati makanan khas daerah setempat.

Naahh.. baru saja papa menyampaikan berita bahwa liburan kali ini papa, mama dan Shasa akan berlibur ke Yogyakarta. Di sana mereka akan mengunjungi Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta. Mereka juga akan berwisata alam ke Kaliadem dan wisata agro Salak Pondoh. Shasa melonjak gembira mendengarnya dan spontan menghadiahi papa sebuah kecupan. Namun sejurus kemudian Shasa terdiam.

“Lohh.. ada apa, Sha?” tanya papa heran.

“Nanti kita menginap di hotel ya, Pa?” tanya Shasa.

“Iya,” jawab papa. “Hotelnya bagus loh, Sha. Ada kolam renangnya. Kamarnya juga besar. Shasa gak suka menginap di hotel?”

Sesaat Shasa tampak ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, “Suka siiihh.. Tapi Shasa lebih suka bobo di rumah, Pa. Habis, di hotel gak ada bantal gulingnya... Shasa kan gak bisa bobo kalau gak memeluk bantal guling.”

Papa berpandangan dengan mama kemudian tertawa terbahak-bahak.

“Ihhh… kok malah tertawa sih?” Shasa merajuk. Bibirnya mengerucut. Pipinya yang tembem semakin membulat karenanya.

“Untung kali ini kita ke pergi ke Yogya mengendarai mobil. Jadi bisa bawa bantal guling dari rumah. Coba kalau kita perginya naik pesawat. Wahhh.. apa tidak repot membawa bantal guling?” kata papa menggoda Shasa.

“Eh, iya juga ya..” gumam Shasa sambil merenung.

“Begini saja, kalau sedang jalan-jalan, Shasa bobonya sambil memeluk mama sebagai ganti bantal guling,” kata mama.

“Ihhh… Mama.. ada-ada saja deh,” mendengar kata-kata mama, Shasa kembali cemberut.

“Ya sudah kalau Shasa gak mau, papa saja deh yang memeluk mama.” Papa berkata sambil beranjak dari duduknya.

“Ihhh.. Papa geniiitt..” teriak Shasa sambil tertawa-tawa.

Mulai sekarang Shasa akan berlatih supaya tidak terlalu tergantung pada bantal guling. Benar juga yang dikatakan papa. Akan merepotkan bila bepergian pakai pesawat dan membawa bantal guling J
Adikku Tersayang

ade_wiwik26@yahoo.com



Tidak seperti biasanya, pagi ini Rara datang ke sekolah dengan wajah cemberut. Tidak ada senyum sama sekali. Shasa yang duduk di sebelah Rara sampai bingung. Mau menegur, Shasa takut Rara sedang tidak ingin ditegur. Mau mendiamkan, hmmm… kok sepertinya tidak enak ya diam-diaman.

“Kamu bawa bekal apa hari ini?” tanya Shasa ketika bel tanda istirahat berbunyi.

“Aku gak bawa bekal. Rina tadi pagi rewel jadi ibu tidak sempat menyiapkan bekal untukku,” Rara menjelaskan dengan nada kesal.

“Rina sakit?” tanya Shasa prihatin. Rina itu adiknya Rara. Lucu dan imut-imut. Usianya baru dua tahun. Beberapa kali saat menjemput Rara, Rina dibawa serta oleh Ibu Rara. Sebenarnya Rara ikut jemputan tapi terkadang ibunya menjemput ke sekolah.

Rara menganggukkan kepalanya. “Rina sedang flu,” jawabnya pendek.

“Ooo.. pantesan.. yuk aku temani kamu ke kantin,” tawar Shasa.

Sambil berjalan bersisian, mereka berjalan bersama ke kantin yang terletak di samping sekolah.

“Aku sebel.. Rina kalau sedang sakit rewel. Ibu jadi tidak lagi memperhatikan aku,” keluh Rara sambil menuruni tangga. Di sekolah mereka, hanya kelas satu yang terletak di lantai dasar. Sementara kelas dua dan tiga terletak di lantai dua.

“Kamu sih enak, tidak punya adik, tidak punya kakak jadi selalu diperhatikan oleh mama dan papa kamu,” kata Rara lagi.

Shasa tidak menjawab. Ia ikut menemani Rara antri membeli Roti Burger. Setelah itu mereka bergegas kembali ke dalam kelas.

Dari dalam tas tempat membawa bekal, Shasa mengeluarkan sebuah bungkusan.

“Ini buat kamu dan Rina,” kata Shasa sambil menyodorkan bungkusan itu.

“Apaan nih?” tanya Rara dengan suara yang tidak jelas terhalang oleh makanan yang ada di dalam mulutnya.

“Biskuit wafer berlapis coklat,” jawab Shasa. “Kemarin papaku baru pulang dari Batam. Dia membawa beberapa macam biskuit wafer untukku. Terlalu banyak kalau harus kuhabiskan sendiri.”

“Makasih ya, Sha,” kata Rara. “Tuh kan.. Enak kalau tidak punya adik atau kakak. Tidak harus berbagi,” kata Rara lagi.

“Iya memang.. tapi juga tidak ada yang diajak main, tidak ada teman bercanda, tidak ada yang suka menyambut dan menciumi kalau pulang sekolah,” kata Shasa, teringat ulah Rina yang selalu lari keluar setiap kali mendengar mobil jemputan Rara tiba.

Sekarang giliran Rara yang terdiam. Tak ada lagi percakapan. Masing-masing asyik menikmati makanan di jam istirahat pertama itu sampai akhirnya bel masuk berbunyi dan pelajaran pun dilanjutkan.

“Hari ini giliran kamu yang diantar lebih dulu ya?” tanya Shasa sambil membereskan tas dan buku-buku setelah bel tanda berakhirnya jam sekolah berbunyi.

“Iya,” jawab Rara pendek.

“Jangan sampai lupa menyampaikan titipanku buat Rina,” pesan Shasa sambil berjalan keluar kelas.

“Iya,” lagi-lagi Rara menjawab pendek

“Jangan dimakan loh..,” kata Shasa lagi.

“Iyaaaa…” kali ini Rara menjawab dengan gemas. Beberapa siswa yang kebetulan berdekatan dengan mereka berdua saat turun tangga menoleh ke arah mereka dengan pandangan heran.

“Eh, eh, eh.. jangan marah gitu dong..” cekikik Shasa.

“Habis.. dari tadi yang diingat-ingat kok Rina terus..” sambil cemberut Rara berkata.

“Di rumah Ibu lebih memerhatikan Rina, di sekolah kamu ngomongin Rina terus..”

“Habis.. Rina itu lucu banget sih..” kata Shasa. Ia tak dapat menahan tawanya melihat Rara yang cemberut hingga pipinya menggembung. Di ujung tangga langkah mereka terhenti. Seorang anak kecil berdiri di pinggir aula sekolah, sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah mereka.

“Rinaaaa…,” panggil Shasa sambil balas melambai dengan semangat.

“Kok malah kamu yang dadah-dadah sama Rina sih? Rina kan manggil aku bukan kamu,” kata Rara heran.

“Biarin,” jawab Shasa sambil berjalan menyongsong Rina. “Kamu kan lagi sebel sama Rina.”

Hanya sebentar saja Rina menyambut uluran tangan Shasa. Selanjutnya ia mengembangkan tangannya dan memeluk Rara yang sudah berjongkok dihadapannya. Dua kecupan pun mendarat di kedua pipi Rara.

“Kakak Shasa dicium juga dong..” kata Shasa.

Rina tersipu dan menggelengkan kepalanya. Tangannya yang kecil mengusap pipi Rara.

“Enak ya, Ra, punya adik..” Shasa berkata sambil tersenyum simpul.

“Iya.. iyaaaaa..” kata Rara sambil kemudian mencium Rina.

“Jadi.. gak sebel lagi kan?” ledek Shasa.

“Uhh.. kamu ini meledek terus,” dengan gemas Rara menggelitik Shasa yang segera lari menghindar. Kalau Rara sudah menggelitik, lebih baik kabuuuurr…
Anjing Kesayangan

ade_wiwik26@yahoo.com

Rini, anak nya ibu nanda. Adalah seorang anak yang sangat mencintai anjing kecil. Tetapi, karena ibunya melarang rini memelihara hewan. Rini pun merasa sedih, ia iri melihat teman-temannya mempunyai hewan peliharaan

Suatu hari anjing adinda, temannya melahirkan dan ia ingin memberikannya kepada Rini. Tapi ibu rini melarangnya. Rini terpaksa berbohong kepada adinda karena tidak ada tempat untuk memelihara anjing.

Menyadari hal itu, ayah rini merasa kasihan dengan anaknya, lalu ia berkata kepada Rini,”rini, kau boleh memelihara anak anjing, tapi kita harus menitipkannya kerumah temanmu, kamu mau?”. Mendengar kata ayahnya, Rini sangat senang. Lalu Rini pu meminta anak anjing itu dari adinda. Adinda pun memberikannya dan berpesan agar merawatnya baik-baik.

Lalu ayah Rini dan Rini pergi ke rumah Felix, tetangganya. Felix pun menerima dengan senang hati, karena ia pun menyukai anak anjing.

Setiap hari Rini selalu menengok anak anjingnya, anjingnya berwarna hitam, jadi namanya blacky.






Tamat.
Hantu Berwajah Putih?

ade_wiwik26@yahoo.com

Hujan baru saja berhenti turun. Udara malam terasa dingin menusuk tulang. Untuk kesekian kalinya Shasa melihat ke arah jalan di muka rumah. Mama belum juga pulang. Setengah jam yang lalu mama menelepon. Ia masih terjebak macet di jalan. Di musim hujan seperti sekarang ini, di mana-mana memang sering terjadi macet.



Telepon rumah berbunyi. Dilihatnya Tante Ria yang menemaninya di rumah bergegas mengangkat gagang telepon. Shasa kembali melihat keluar. Duhhh.. kapan sih mama pulang?



“Sabar Sha.. Nanti juga mama pulang.” Tante Ria yang sudah menyelesaikan percakapannya di telepon berusaha menghibur Shasa.



“Tadi itu telepon dari mama ya?” tanya Shasa sambil memalingkan pandangannya.



“Bukan. Tadi itu telepon dari Om Iwan. Katanya dia gak bisa menelepon ke rumahnya. Jadi dia minta tolong kita ke rumahnya dan memberitahu istrinya. Siapa tahu letak gagang telepon di rumah mereka tidak pas,” kata Tante Ria.



Shasa melongokkan kepalanya. Rumah Om Iwan letaknya berhadapan dengan rumah Shasa. Dilihatnya pintu rumah Om Iwan tertutup.



“Mungkin Tante Puspa sedang pergi. Tuhh.. pintunya tertutup,” kata Shasa mengemukakan pikirannya. Tante Puspa itu nama istri Om Iwan.



“.. tapi itu mobilnya ada,” bantah Tante Ria.



“Siapa tahu perginya gak naik mobil. Lagian kok Om Iwan gak nelepon ke handphone Tante Puspa?” tanya Shasa.



“Tadi juga Tante Ria sudah bertanya seperti itu tapi kata Om Iwan handphone Tante Puspa sedang diperbaiki.” Tante Ria menjelaskan.



“Bagaimana kalau Shasa pergi ke rumah Om Iwan, nge-cek apakah Tante Puspa ada di rumah sekaligus menyampaikan pesan Om Iwan?”



Shasa tampak ragu-ragu mendengar permintaan tantenya itu.



“Shasa takut ah..,” kata Shasa.



“Lohh.. takut apa?” tanya Tante Ria.



“Ngg.. rumah di sebelah rumah Om Iwan kan kosong,” kata Shasa setengah berbisik.



“Lohh.. memangnya kalau ada rumah kosong kenapa?” Tante Ria tampak bingung.



“Ngg.. gini loh tante, katanya kalau rumah kosong itu suka ada hantunya. Nanti kalau hantunya muncul di tembok pembatas rumah Om Iwan bagaimana?” Suara Shasa terdengar semakin lirih.



Sesaat Tante Ria hanya bisa bengong sebelum akhirnya sambil tersenyum berkata, “Aduh.. Sha.. Yang seperti itu kan hanya ada di film atau sinetron!”



Ragu-ragu Shasa melihat ke arah rumah Om Iwan kemudian ke rumah di sebelahnya yang tampak gelap.



“Gini deh, Tante Ria tungguin di pintu pagar,” kata Tante Ria lagi.



“Ayo dong Sha.. Itu kan sama saja berbuat kebaikan.” Tante Ria memanas-manasi Shasa yang belum juga bergerak.



“Iya deeehh..” Akhirnya Shasa bangkit dari duduknya. Ditunggui Tante Ria yang berdiri di pintu pagar, Shasa menyeberang jalan menuju rumah Om Iwan.



Shasa mendorong pintu pagar rumah Om Iwan. Eh, ternyata tidak terkunci! Berarti Tante Puspa ada di rumah. Masa’ meninggalkan rumah tanpa mengunci pintu pagar?



“Assalamu’alaikum,” Shasa mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah Om Iwan. Tidak terdengar jawaban. Sekali lagi Shasa mengulangi salamnya dan kembali mengetuk pintu. Duhh.. kemana sih Tante Puspa?



Shasa melihat ke arah rumah kosong di sebelah rumah Om Iwan. Tembok yang memisahkan kedua halaman rumah tidaklah tinggi. Shasa bisa melihat ranting-ranting pohon yang ada di halaman rumah itu bergoyang-goyang di hembus angin malam. Tiba-tiba Shasa teringat apa yang ditakutkannya tadi. Hantu itu menampakkan wujudnya di tembok pembatas rumah. Hiii…



Baru saja Shasa akan mengetuk pintu lagi ketika daun pintu di hadapannya perlahan terbuka. Shasa baru akan membuka mulutnya ketika dilihatnya Shasa seraut wajah berwarna putih muncul. Tanpa menunggu lebih lama lagi ia membalikkan badannya dan berlari meninggalkan rumah Om Iwan.



Tak dipedulikannya Tante Ria yang berlari menyongsongnya. Shasa baru berhenti setelah sampai di teras rumahnya. Dengan nafas tersengal-sengal ia buru-buru masuk ke dalam rumah. Dari balik jendela dilihatnya Tante Ria masuk ke dalam rumah Om Iwan dan berbicara dengan ‘hantu berwajah putih’ itu di teras rumah. Waduuuhh… Tante Ria kok berani sekali ya?



Tak lama kemudian Tante Ria sudah kembali. Tak ada tanda-tanda ketakutan di wajahnya. Yang ada malah senyuman.



“Hayooo.. kenapa tadi Shasa lari?” tanya Tante Ria.



“Itu siapa sih?” Shasa balik bertanya. Nafasnya sudah tak lagi tersengal-sengal. “Wajahnya kok putih gitu?”



“Aduh.. Sha.. Itu kan Tante Puspa,” Tante Ria menjawab sambil susah payah menahan tawa. “Tante Puspa itu sedang memakai masker bengkoang di wajahnya. Makanya wajahnya jadi putih.”



Shasa terbengong-bengong mendengar penjelasan Tante Ria.



“Lagian Tante Puspa pake masker bengkoang segala sih.. Shasa kirain itu hantu.”



Tante Ria tertawa mendengarnya.



“Nih, Sha, tadi tante Puspa menitipkan coklat buat Shasa. Tante Puspa minta maaf sudah membuat Shasa terkejut sampai lari ketakutan.”



Sambil nyengir Shasa menerima coklat yang disodorkan Tante Ria. Coklat dari Tante puspa? Hmmm… nyam..nyam…nyam...
Ayah, Si Buruk Rupa

ade_wiwik26@yahoo.com

Selama ini aku selalu berhasil melarang Ayah datang ke sekolah: mengantar, menjemput, atau untuk keperluan lain. Tentu saja aku tidak terang-terangan melarang. Aku punya cara supaya Ayah tidak merasa aku larang ke sekolah. Seperti musim pengambilan rapor kemarin dulu, misalnya.


“Ibu saja yang mengambil rapor, Yah. Ayah ‘kan capek,” kataku ketika itu.


“Tapi besok ‘kan Sabtu. Ayah libur, tidak ke mana-mana.”


“Setiap hari Ayah ‘kan kerja, cuma libur hari Sabtu dan Minggu. Jadi, Sabtu dan Minggu jatah Ayah duduk manis di rumah, baca-baca, nonton tivi, atau siram-siram bunga. Tenang saja, Yah. Dijamin, pokoknya raporku keren,” kataku mencoba ‘melarang’ Ayah ke sekolah.


“Oke, deh,” jawab Ayah dengan gayanya yang khas.


“Yes!” aku berteriak –dalam hati, tapi-- sambil mengepalkan tangan.


Kadang-kadang aku suka merasa berdosa karena sering menghalang-halangi Ayah ke sekolah. Habis, aku harus bagaimana. Kalau Ayah ke sekolah, semua temanku akan tahu penampilan ayahku tidak cool seperti ayah mereka. Bukan karena tidak bisa berdandan, tapi karena Ayah memang tidak menarik, baik wajah maupun postur tubuhnya. Sudah tidak tampan, kurus pula.


Aku tak habis pikir, bagaimana Ibu yang begitu cantik mau menikah dengan Ayah yang … ah, tidak tega aku menyebutnya. Ayah dan Ibu memang sungguh berbeda. Seperti langit dan comberan, begitu istilah Ayah setiap mengatakan perbedaan dirinya dan Ibu –tentu saja dengan nada bercanda. Langit dan bumi saja sudah jauh, apalagi dibandingkan dengan comberan –yang letaknya tentu lebih rendah dari permukaan bumi.


Kulit Ibu putih, bersih, tidak ada noda sedikit pun. Ibaratnya, kalau Ibu minum kopi, kopinya akan kelihatan meluncur dari mulut ke perut lewat lehernya yang indah itu. Sebaliknya, kulit Ayah hitam. Sudah hitam, banyak pulaunya.


“Yang ini bekas jatuh waktu mengejar layangan, yang ini diseruduk sepeda, yang ini kena petasan, yang ini disosor bebek, yang ini…” kata Ayah menunjuk peta pulau di kakinya dan menjelaskan bagaimana pulau-pulau itu didapat.


Ayah menjelaskan itu dengan riang gembira. Seolah-olah pulau-pulau di kakinya adalah sesuatu yang indah dan harus dibanggakan.


“Ayah norak, ih!”


Ayah malah tertawa. Sebelnya, Ibu juga ikut tertawa.


“Tahu tidak, selain kaki dengan pulau seribu ini, Ayah juga punya karunia lain yang sangat besar dari Tuhan. Karunia itu adalah wajah dan kulit Ayah.”


Mulutku menganga, mataku melotot. Tapi Ayah malah tertawa berderai.


“Kamu tahu apa maksud Ayah?” tanya Ibu ikut campur.



Aku menggeleng. Dengan gaya dibuat-buat, Ayah menjelaskan.

“Wajah Ayah adalah pemberian Tuhan. Ayah sudah seperti ini sejak bayi. Memang, Ayah bisa operasi plastik supaya wajah ini kelihatan tampan. Sayangnya Ayah tidak kaya. Seandainya kaya pun, Ayah tak mau operasi plastik. Lebih baik wajah Ayah tetap seperti ini daripada Ayah harus mengumpulkan ember dan tas kresek bekas dan membawanya ke dokter untuk modal operasi wajah Ayah. Jangan-jangan plastik-plastik bekas tadi akan meleleh kalau kena matahari. Hiii, seraam…”


Ayah dan Ibu tertawa. Menyebalkan. Huh!


“Kalau Ayah tidak boleh kena matahari, bagaimana kita bisa hidup. Ayah ‘kan tukang pos. Setiap hari harus berpanas-panas ke sana-kemari mengantar surat. Dari kerja itulah Ayah mendapat uang yang kita pakai untuk macam-macam: mulai dari makan sehari-hari, beli pakaian, bayar listrik, bayar sekolah, dan masih banyak lagi…” ujar Ibu melanjutkan.



Deg! Aku merasa nafasku sesak. Dan mataku terasa panas.Tiba-tiba begitu saja aku menubruk Ayah, memeluk, dan menciuminya.Di sela-sela tangis, aku cuma bisa berkata:

“Maafkan Cantika, Ayah…”


Ya, Ibu benar. Setiap hari Ayah berpanas-panas mengantar surat. Meskipun sudah ditutupi jaket, tetap saja kulit Ayah hitam. Dari kulit yang hitam terbakar matahari itu entah berapa liter keringat yang mengucur. Keringat itulah yang membuat aku bisa terus sekolah. Lalu, apa alasanku untuk tidak membanggakan orang itu, ayahku sendiri, yang telah bekerja keras demi aku, anaknya.


“Lho, lho, lho, ada apa ini?” kata Ayah sambil menerima pelukanku.

“Cantika, Cantika… Ayah bangga bisa berkumpul dengan kalian, bidadari-bidadari yang cantik. Ini anugerah Tuhan yang sangat besar. Tuhan sudah mengatur semuanya. Ayah yang buruk rupa ini bersanding dengan ibumu yang manis-ayu-cantik jelita. Kalau dua-duanya buruk rupa, ho ho ho, bagaimana Ayah bisa memperbaiki keturunan. Salah-salah wajah kamu bisa kotak-kotak…”
Sawo Matang Rara

ade_wiwik26@yahoo.com

Sudah beberapa hari ini ada yang aneh dengan tingkah laku Rara. Wajahnya terlihat murung. Tingkahnya uring-uringan. Mulutnya lebih sering terlihat mengerucut. Satu lagi, Rara selalu berlama-lama ketika mandi. Dua hari yang lalu Rara bahkan minta dibelikan sponge untuk mandi. Sabun mandinya pun tidak lagi sabun mandi anti kuman tetapi sabun mandi seperti yang iklannya ditayangkan di televisi.



“Bu, kenapa sih, kulit Rara tidak putih seperti Kimi?” tanya Rara pada suatu sore sehabis mandi. “Padahal setiap kali mandi sudah Rara gosok pakai sponge.”

Ibu yang baru saja selesai menggoreng pisang menatap Rara dengan heran.

“Lohh.. Ayah Kimi kan orang Jepang, Ra, wajar dong kalau kulit Kimi putih,” jawab Ibu.

“Kenapa dulu Ibu tidak menikah saja dengan orang Jepang supaya kulit Rara putih?”

“Aduuhh.. Rara... Kalau Ibu menikah dengan orang Jepang yang lahir bukan Rara dong..,” Ibu menjawab sambil menahan senyum.

“Terus.. Kenapa kulit Rara tidak seperti kulit Ibu? Kenapa warnanya hitam seperti kulit Ayah?”

“Aduuhh.. Rara sayang.. Warna kulit Rara itu bukan hitam sayang.. tapi sawo matang..,” Ibu menjelaskan dengan sabar. “Memangnya kenapa Rara tiba-tiba ingin mempunyai kulit putih?”

Sesaat Rara terdiam. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya berkata, “kalau kulitnya putih kan cantik, Bu.. Ibu lihat deh, yang jadi fotomodel di majalah kulitnya putih. Pembawa acara di televisi dan bintang iklan juga putih. Rara kepengen kulit Rara putih, Bu.. Kalau Sawo matang begini kan jelek…Gimana sih Bu, supaya kulit Rara berubah jadi putih?” tanyanya.

Sekarang giliran Ibu yang terdiam. Ooo.. ternyata tingkah Rara yang uring-uringan, minta dibelikan sponge untuk mandi dan berlama-lama di kamar mandi rupanya karena Rara ingin mempunyai kulit berwarna putih.

“Kalau semua orang berkulit putih nanti malah jadi lucu dong, Ra,” kata Ibu. “Coba deh Rara bayangkan, seisi dunia ini kulitnya putih semua.. wahhh... Bosan kan? Justru karena ada yang berkulit putih dan ada yang berkulit gelap maka dunia ini jadi tidak membosankan,” Ibu menjelaskan panjang lebar.

Rara hanya diam kemudian beranjak masuk ke kamarnya. Sambil membawa piring berisi pisang goreng ke meja makan, Ibu sibuk mencari-cari cara agar Rara tidak lagi sedih dengan kulitnya yang sawo matang.

Hari Minggu siang, ibu mengajak Rara ke toko buku. Rara memang hobi membaca. Sebulan sekali ibu selalu membelikan buku baru untuk Rara.

“Eh, Ra, lihat deh tante yang berdiri di ujung rak. Cantik ya?” kata Ibu dengan suara pelan sambil mencolek lengan Rara. Rara memandang ke arah yang ditunjuk ibu kemudian menganggukkan kepalanya. “Padahal kulitnya sawo matang lohh..” kata Ibu lagi.

“Tuh, lihat.. Warna kulitnya sama seperti Rara kan?” Ibu melanjutkan kata-katanya. “Malah kelihatannya lebih gelap daripada warna kulit Rara.”

Rara kembali menganggukkan kepala.

“Coba deh Rara perhatikan baik-baik. Dia itu kan suka muncul di televisi.” Ibu kemudian menyebutkan sebuah acara yang ditayangkan di salah satu televisi swasta.

Mata Rara terbelalak kaget. “Eh, iya ya, Bu.. Kok kalau di televisi kelihatannya kulitnya putih..”

“Sebelum tampil di televisi itu kan di make-up dulu supaya terlihat cantik dan menarik,” Ibu menjelaskan. “Jadiii.. kalau di televisi terlihat putih dan cantik belum tentu aslinya seperti itu, Ra.”

Rara mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Nahh.. Coba sekarang Rara baca ini,” kata Ibu sambil menyodorkan sebuah majalah wanita. Di halaman yang terbuka itu tampak foto seorang fotomodel terkenal.

Dengan suara perlahan Rara mulai membaca bagian yang ditunjuk ibu.

… Aku tidak ingin berkulit putih. Aku justru bangga dengan kulitku yang sawo matang ini. Setiap kali ada majalah yang mencari model yang “Indonesia banget” mereka pasti ingat aku. Jadi kulit gelapku ini justru membawa keberuntungan bagiku..

Wajah Rara berubah menjadi cerah. “Nggg.. Rara nggak pengen lagi punya kulit putih, deh, Bu. Kaya’ gini juga gak apa-apa.”

Sambil tersenyum dan mencubit pipi Rara, ibu berkata, “Yang paling penting adalah Rara harus menjaga kebersihan kulit supaya kulit tetap sehat.”

“Oke deh, Bu!” kata Rara sambil tersenyum lebar.
Saudagar Jerami

ade_wiwik26@yahoo.com

Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan tinggal dilumbung rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil untuk berdoa. "Wahai, Dewa Rahmat! Aku telah bekerja dengan sungguh-sungguh, tapi kehidupanku tidak berkercukupan". "Tolonglah aku agar hidup senang". Sejak saat itu setiap selesai bekerja, Taro pergi ke kuil. Suatu malam, sesuatu yang aneh membangunkan Taro. Di sekitarnya menjadi bercahaya, lalu muncul suara. "Taro, dengar baik-baik. Peliharalah baik-baik benda yang pertama kali kau dapatkan esok hari. Itu akan membuatmu bahagia."

Keesokan harinya ketika keluar dari pintu gerbang kuil, Taro jatuh terjerembab. Ketika sadar ia sedang menggenggam sebatang jerami. "Oh, jadi yang dimaksud Dewa adalah jerami, ya? Apa jerami ini akan mendatangkan kebahagiaan…?", pikir Taro. Walaupun agak kecewa dengan benda yang didapatkannya Taro lalu berjalan sambil membawa jerami. Di tengah jalan ia menangkap dan mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan ributnya mengelilingi Taro di jeraminya. Lalat tersebut terbang berputar-putar pada jerami yang sudah diikatkan pada sebatang ranting. "Wah menarik ya", ujar Taro. Saat itu lewat kereta yang diikuti para pengawal. Di dalam kereta itu, seorang anak sedang duduk sambil memperhatikan lalat Taro. "Aku ingin mainan itu." Seorang pengawal datang menghampiri Taro dan meminta mainan itu. "Silakan ambil", ujar Taro. Ibu anak tersebut memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.

"Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk", ujar Taro dalam hati. Ketika meneruskan perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang beristirahat dan sangat kehausan. "Maaf, adakah tempat di dekat sini mata air ?", tanya wanita tadi. "Ada dikuil, tetapi jaraknya masih jauh dari sini, kalau anda haus, ini kuberikan jerukku", kata Taro sambil memberikan jeruknya kepada wanita itu. "Terima kasih, berkat engkau, aku menjadi sehat dan segar kembali". Terimalah kain tenun ini sebagai rasa terima kasih kami, ujar suami wanita itu. Dengan perasaan gembira, Taro berjalan sambil membawa kain itu. Tak lama kemudian, lewat seorang samurai dengan kudanya. Ketika dekat Taro, kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu bergerak lagi. "Aduh, padahal kita sedang terburu-buru." Para pengawal berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu. Melihat keadaan itu, Taro menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya Taro memberikan segulung kain tenun yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu. Taro mengambil air dari sungai dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Kemudian dengan sangat gembira, Taro membawa kuda yang sudah sehat itu sambil membawa 2 gulung kain yang tersisa.

Ketika hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta makanan ternak untuk kuda, dan sebagai gantinya ia memberikan segulung kain yang dimilikinya. Petani itu memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa amat senang. Sebagai ucapan terima kasih petani itu menjamu Taro makan malam dan mempersilakannya menginap di rumahnya. Esok harinya, Taro mohon diri kepada petani itu dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.

Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang tampak sangat sibuk memindahkan barang-barang. "Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat," pikir Taro. Kemudian taro masuk ke halaman rumah dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik rumah berkata,"Wah kuda yang bagus. Aku menginginkannya, tetapi aku saat ini tidak mempunyai uang. Bagaimanan kalau ku ganti dengan sawahku ?". "Baik, uang kalau dipakai segera habis, tetapi sawah bila digarap akan menghasilkan beras, Silakan kalau mau ditukar", kata Taro.

"Bijaksana sekali kau anak muda. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri yang jauh, kau tinggal disini untuk menjaganya ?", Tanya si pemilik rumah. "Baik, Terima kasih Tuan". Sejak saat itu taro menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan dan menggarap sawah yang didapatkannya. Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya yang sangat banyak.

Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia diberi julukan "Saudagar Jerami". Para tetangganya yang kaya datang kepada Taro dan meminta agar putri mereka dijadikan istri oleh Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang gadis dari desa tempat ia dilahirkan. Istrinya bekerja dengan rajin membantu Taro. Merekapun dikaruniai seorang anak yang lucu. Waktu terus berjalan, tetapi Si pemilik rumah tidak pernah kembali lagi. Dengan demikian, Taro hidup bahagia bersama keluarganya.
Asal Nama Singapura

ade_wiwik26@yahoo.com

Ratusan tahun yang lalu hiduplah Sang Nila Utama, Raja Sriwijaya. Pada suatu hari, ditemani beberapa pengawal setianya, Raja pergi berlayar. Di perjalanan angin topan datang. Para pengawal mengusulkan agar Raja membatalkan niatnya.



“Paduka, sungguh berbahaya meneruskan perjalanan pada saat seperti ini. Lebih baik kita singgah dulu ke tempat yang aman. Kalau hamba tak keliru, tempat terdekat dari sini adalah Pulau Tumasik. Bagaimana kalau kita ke sana sambil menunggu keadaan tenang,” kata kapten kapal.



Raja setuju. Perahu mereka pun merapat ke Pulau Tumasik.



Setelah mendarat, Raja meninggalkan kapal dan berkeliling melihat-lihat pulau itu. Ketika berkeliling itulah tiba-tiba seekor binatang berkelebat tak jauh darinya. Raja terkejut dan terpukau. Binatang itu begitu besar, berwarna keemasan, dan tampak gagah.



“Mahluk apakah itu?”



“Kalau hamba tak salah, orang-orang menyebutnya singa, Yang Mulia,” jawab salah seorang pengawal.



“Apa?”



“Singa.”



Raja lalu minta keterangan lebh banyak tentang biantang yang baru pertama kali dilihatnya itu. Dengan penuh perhatian Raja mendengarkana penjelasan pengawalnya.



“Kalau begitu, kita beri nama tempat ini Singapura. Artinya: Kota Singa”.



Sejak itulah kota itu bernama Singapura.
cerita emas dan batu

ade_wiwik26@yahoo.com

Berkat kerja keras dan selalu menabung, petani itu akhirnya kaya raya. Karena tak ingin tetangganya tahu mengenai kekayaannya, seluruh tabungannya dibelikan emas dan dikuburnya emas itu di sebuah lubang di belakang rumahnya. Seminggu sekali digalinya lubang itu, dikeluarkan emasnya, dan diciuminya dengan penuh kebanggaan. Setelah puas, ia kembali mengubur emasnya.


Pada suatu hari, seorang penjahat melihat perbuatan petani itu. Malam harinya, penjahat itu mencuri seluruh emas si petani.


Esok harinya petani itu menangis meraung-raung sehingga seluruh tetangga mengetahui apa yang terjadi. Tak seorang tetangga pun tahu siapa yang mencuri emasnya. Jangankan soal pencurian, tentang lubang berisi emas itu saja mereka baru tahu hari itu. Kalau tidak ada pencurian, tak ada yang tahu bahwa petani itu memiliki emas yang dikubur di belakang rumahnya. Sebagian orang ikut bersedih atas pencurian itu, sebagian yang lain mengejek dan menganggap petani itu bodoh.


“Salah sendiri menyimpan emas di rumah. Mengapa tidak dijual saja dan uangnya dipakai untuk membangun rumah. Biar rumahnya lebih bagus, tidak reot seperti sekarang. Itulah ganjaran orang kikir. Kalau dimintai sumbangan, selalu saja jawabannya tidak punya. Sekarang, rasakan sendiri!”


Tetapi tak seorang pun yang berani terus terang mengejek atau mengumpat petani yang ditimpa kemalangan itu. Semua ejekan dan umpatan hanya diucapkan di antara sesama mereka saja, tidak di hadapan si petani. Hanya seorang lelaki tua miskin yang berani bersikap jujur kepada petani itu. Lelaki tua itu tinggal tak jauh dari rumah si petani.


“Sudahlah, begini saja. Di lubang bekas emas itu kuburkanlah sebongkah batu atau apa saja dan berlakulah seperti sebelum kau kecurian.”


Mendengar itu, si petani marah.


“Apa maksudmu? Kau mengejekku, ya? Yang hilang itu emas, bukan batu. Kau sungguh tetangga yang jahat. Kau memang orang miskin yang cuma bisa mengubur batu. Aku bisa mengubur emas atau apa saja semauku. Kini aku kehilangan emas dan kau enak saja menyuruhku mengubur batu. Kau pikir batu sama dengan emas?!”


Suasana pun gaduh. Orang-orang melerai.


Dengan tenang lelaki tua itu menjawab:


“Apa bedanya emas dan batu? Kalau kau bisa mengubur emas, seharusnya kau juga bisa mengubur batu. Tahukah kau, dengan mengubur emas berarti kau telah menjadikan logam mulia itu sebagai barang yang tidak berharga. Lalu, apa salahnya kau mengubur batu dan berkhayal yang kau kubur itu adalah emas.”
ade-wiwik262yahoo.com
dongeng waktu ank lagi tidur


Di sebuah perumahan, hiduplah seekor kucing berwarna hitam. Nama kucing itu Molly. Ia tinggal di rumah keluarga Jones. Molly selalu memburu dan memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur keluarga Jones.





Molly memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna hijau dan kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat senang bila tubuhnya dibelai.



Namun, tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai Molly. Kedua anak di keluarga Jones kurang menyukai binatang, sedang nyonya Jones sering membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones sedang memasak ikan.

Di samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak bernama Billy. Billy adalah anak yang baik dan sangat menyayangi binatang. Karena itu ia juga sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat dari pagar keluarga Jones untuk mencari Billy dan minta dibelai. “Alangkah senangnya aku jika Molly ini kucingku,” kata Billy kepada ibunya. “Aku ingin memelihara kucing juga, bu!” Tetapi ibu Billy tidak ingin memelihara binatang di rumahnya, walaupun sebenarnya ia juga suka kepada Molly.

Pada suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat, anak-anak keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak pergi berlibur selama sebulan.

Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Jones berangkat. “Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia keliru. Ia sangat terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga Jones. Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang diberi tugas untuk merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata ibu Billy.

Molly bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama menunggu ia menggaruk-garuk pintu dapur dengan cakarnya berharap dibukakan pintu. Tetapi tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu memeriksa kalau-kalau ada jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi ternyata semua jendela terkunci rapat.

Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan pulang nanti sore.

Tetapi setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang. Molly mulai merasa kelaparan. Ia juga kedinginan karena harus tidur di luar. Walaupun bersembunyi di dalam semak-semak, ia tetap basah karena kehujanan. Molly mulai sakit.

Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar rumah. Penyakitnya juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.

Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir tidak bisa berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya makanan.

Ia lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy hampir tidak mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru Billy terkejut. Ia berlutut dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus, pasti kau kelaparan. Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu makan?”

Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh kasihan,” kata ibu Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.”

Molly sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu tidur dengan nyenyak di dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya tempat tidur dari kotak kayu. Billy juga membersihkan badannya yang kotor karena beberapa hari tidur di semak-semak.

Malamnya, Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak sekali tikusnya. Maka ia pun menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin membalas kebaikan Billy dan ibunya.

Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus yang telah ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi semakin disayang di keluarga itu.

Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari Billy mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy. Molly tahu bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga Jones yang tega menelantarkannya.

Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka pun memberikan kucing itu kepada Billy.

Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia sangat bahagia karena selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena dapurnya menjadi bebas dari gangguan tikus.
ade_wiwik26@yahoo.com

Sangkuriang

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.



Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.



Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.


Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.



Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat.



Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.



Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.



Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.



Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.



Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.



Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.





Cerita Rakyat “Sangkuriang” ini diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana
Sejarah Papua Tidak Terlepas Dari Masa Lalu Indonesia

ade_wiwik26@yahoo.com

Sejarah Papua tidak bisa dilepaskan dari masa lalu Indonesia. Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua merupakan pulau terbesar ke-dua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas koloni Inggris. Populasi penduduk diantara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis, namun kemudian dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan.

Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit ditembus, karena terdiri dari lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan.

Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih jauh.

Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.

Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, dimana tercatat bahwa selama abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatera Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Didalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai ‘Janggi’.

Dalam catatan yang tertulis didalam kitab Negara Kertagama, Papua juga termasuk kedalam wilayah kerajaan Majapahit (1293-1520). Selain tertulis dalam kitab yang merupakan himpunan sejarah yang dibuat oleh pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut, masuknya Papua kedalam wilayah kekuasaan Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.

Walaupun terdapat kontroversi seputar catatan sejarah tersebut, namun hal itu menegaskan bahwa Papua adalah sebagai bagian yang tidak terlepas dari jaringan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang berada dibawah kontrol kekuasaan kerajaan Majapahit.

Selama berabad-abad dalam paruh pertama millennium kedua, telah terjalin hubungan yang intensif antara Papua dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, dimana hubungan tersebut bukan hanya sekedar kontak perdagangan yang bersifat sporadis antara penduduk Papua dengan orang-orang yang berasal dari pulau-pulau terdekat.

Selama kurun waktu tersebut, orang-orang dari pulau terdekat yang kemudian datang dan menjadi bagian dari Indonesia yang modern, menyatukan berbagai keragaman yang terserak didalam kawasan Papua. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang cukup intens dan waktu yang tidak sebentar agar para penduduk di Papua bisa belajar bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, apalagi mengingat keaneka-ragaman bahasa yang mereka miliki. Pada tahun 1963, dimana dari sekitar 700.000 populasi penduduk yang ada, 500.000 diantara mereka berbicara dalam 200 macam bahasa yang berbeda dan tidak difahami antara satu dengan yang lainnya.

Beragamnya bahasa diantara sedikitnya populasi penduduk tersebut diakibatkan karena terbentuknya kelompok-kelompok yang diisolasi oleh perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya selama berabad-abad yang disebabkan oleh kepadatan hutan dan juga jurang yang curam yang sulit untuk dilalui yang memisahkan mereka, oleh karena itu sekarang ini ada sebanyak 234 bahasa pengantar di Papua, dua dari bahasa kedua tanpa pembicara asli. Banyak dari bahasa ini hanya digunakan oleh 50 atau kurang pemakainya. Beberapa golongan kecil tentang ini sudah punah, seperti Tandia, yang hanya digunakan oleh dua pembicara dan Mapia yang hanya digunakan oleh satu pembicara.

Sekarang ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa pengantar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan merupakan bahasa didalam melakukan berbagai transaksi. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu, versi pasar.

Jumat, 05 Februari 2010

Its Time To MOP Papua…..

Ditulis oleh sevilla99 di/pada Maret 15, 2009

Bagi yang menetap di Papua atau setidaknya pernah tinggal di Papua pasti tahu MOP…nah selamat menikmati beberapa MOP Papua

DOA BAPA KAMI (gaya manado)
Torang pe Papa dalam surga. Mulia jo Ngana pe nama.
Kamari jo Ngana pe kerajaan. Jadi dang Ngana pe mau,
di torang pe tampa, sama deng di Ngana pe tampa tinggal.
Ampuni jo torang pe salah, sama deng torang so ampuni torang pe tamang pe salah.
Kong jang kasih masuk torang dalam cobaan, karna torang so bisa masuk sandiri no.
Amen.

PETI MATI
Pace wamena 1 meninggal, lalu dia pu teman pi di t4 penjualan peti mati.
Sampe di sana, pace dia bingung karna harga peti semua diatas 1jt.
dia tanya penjual peti..trada peti yg dibawah 1jt kah???
Penjualx jawab : ada…yg 400rb, tapi kaki dan kepala diluar…

SURATNISASI
Pace 1 kuliah di jawa, trus dia tulis surat buap dia pu bapa dong di kampung :
Bapak, mengingat karna uang ADMINISTRASI serta uang SEMESTERNISASI yang
meningkat & uang PACARANISASI yg smakin bertambah, maka uang TRANSFERISASI
bulan ini tolong dinaikkan.

trus surat tiba di kampung & pytua ko baca, langsung dia balas :
Anak, mengingat karna hasil KEBUNISASI & PANENISASI yg berkurang,
maka sebaiknya anak ko pulang dulu untuk MENCANGKULISASI di KEBUNISASI
supaya bisa bayar ko pu PERMINTAANISASI, kalo trada nanti PARANGNISASI
menyusul kesitu.

LAGU ROHANI
cowo & cewe pacaran ..tp ketemu pake kode2 lagu rohani,
pas jam 10 malam cowo manyayi : KELUAR DARI KAUM & RUMAH BAPAMU,
cewe mo kluar tp dia pu bpk ada duduk diluar didepan rmh,
jd cewe manyanyi : TAHAN DAN BERJUANG T’RUs, ketika dia pu bpk masuk tdr,
cowo ko masuk ke kamar..karna terlalu asik dia tra sadar baru nyanyi :
INDAH SEBAGAI DI EDEN, dia pu bapa dengar suara cowo langsung dia pegang balok 5×10 dan hajar cowo pu tulang belakang, baru dia pu bapa nyanyi :
PIKULLAH SALIBMU SERTA, sambil pegang tulang belakang yg sakit cowo dia manyanyi : BAPA TRIMA KASIH…..


OBAT TIDUR
Pace satu dia mo tidur, tp trabisa..su bolak-balik kesana kamari..tapi tetap mata trabisa tatutup.
Jadi dia bilang dia pu mytua..mace kitong dua maen dolo eeee..mngkn habis itu sa bisa tdr kapa…
Mace langsung dia jawab : yoooo..ko kira sa pu kabong spanggal itu obat tdr kah..

NENE PEGANG KUAT
Ada anak satu de mo antar de pu nene pi berobat ke dokter pake motor.
Anak : Nene pegang kuat ee. .
Nene : iyo sip. . nene su pegang kuat nih. .
Anak : betul su pegang kuat ka?
Nene : iyo sudah nih. . ko nih cerewet skali.
Anak : ok sudah. siap tong jalan. .
Brumm. . Brumm. . anak ko tancap gas dan tiba2 ada bunyii BRUUUKKKKK
anak ini kaget tra bae punya pas de bale blakang begini, nene ko ada tikam di aspal. langsung dia tanya :
Anak : bah.. nene tra pegang kuat kah??
Nene : ahh nene su pegang kuat skali moo
Anak : nene pegang di mana tadi kah?
Nene : di pagar rumah situ. . .

MAKAN PINANG
pace ambai satu de bilang..di serui cara makan pinang tuh pake pola 3.2.1. artinya 3 buah pinang dimakan duluan trus 2 buah sirih baru satu sendok kapur terakhir.

napi bilang lagi : di biak tuh tabale tong makan pake pola 1.2.3, artinya 1 daun sirih duluan baru makan 2 kapur tulis, trus 3 hok pinang laste.

pace wamena tra mau kalah baru ja bilang : di wamena tuh makan pake pola 3.1.2, artinya makan 3 senduk kapur duluan, 1 jam kemudian baru makan daun sirih, trus 3 hari lagi baru makan pinang.

ambai deng napi tadi langsung dong tanya…kenapa lama skali makan pinang?
pace wamena de jawab : tunggu mulut sembuh toh..karna tabakar ja makan kapur 3 senduk.!!

HENING
Pace sumbing 1 dia mo ikut kontes Bintang Papua TOP TV.
Jadi juri dong tanya dia…ko mo manyanyi lagu apakah??
pace bilang : lagu HENING

Pembawa acara : Baiklah. . mari kita saksikan bersama-sama penampilan dari peserta brikut dengan lagunya HENING!!!!

karena judul lagux HENING jadi penonton lagi dong bikin suasana sunyi kaya di kuburan . . baru tra lama pace ko tarik suara. . .

“Hening.. Helaha..Habu..Hamis…. . Humat Habtu Minggu… Hitu Hama2 Hayiii. . . “

BERAK PAGAR
pace 1 dia pi makan nasi campur di warung trus krna dia lihat macam sayur yg dong kasih itu model baru, jd pace dia tanya penjual “ini sayur apa kah?” mbah ko jwb “itu sayur rebung”….
pace kaget “booo sayur macam apa ini”….. mbah ko jawab “itu sayur bambu muda…”
trus besoknya pace dia pi makan lagi di warung itu, menu yang sama tp dia lihat sayurnya macam lain lagi kah..jadi pace tanya “sekarang ini sayur apa lagi???” mbah jawab “ooo… itu sayur paku”
pace dia kaget baru beteriak ” neeeeeeeee…. kemarin ko ksh makan sa bambu sekarang ko ksh sa makan paku, sabantar ini sa berak pagar kapa…!!!”"”

YG SU JATUH JANGAN DIAMBIL LAGI
tete deng nene ikut penyuluhan kesehatan… dokter bilang barang yang sudah jatuh itu kotor jangan di ambil karena tidak baik untuk kesehatan…
pas pulang penyuluhan, tete jalan sambil makan pinang….. tapi pu pinang lompat dari mulut jatuh ke tanah… pas tete mo tunduk ambil nene bilang : “ingat yang sudah jatuh itu kotor jangan di ambil”.
tete tahan emosi saja…
dong 2 jalan sampe pas mo masuk di rumah .. begini nene ko jatuh di depan pintu… jadi nene batariak minta tolong : tete tolong dolo ka..
tete balas nene : yang sudah jatuh itu kotor… tidak boleh di ambil…. jadi kalo ko mo mati…. mati situ sudah…….

BIBI
Ibu guru suruh tulis kalimat dengan kata BIBI!
Wati : Bibi Pergi ke pasar
Erick : Bibi Memasak sayur
Noge karena tra tau BIBI itu artinya apa, de langsung tembak. .
“Ikan PoroBIBI”

GUNTUR
ada pace deng mace ini dong dua pacaran di tengah2 hutan. tra lama bgini mace ko su rasa buang air kecil jd dia blang sama de pu pacar
mace : Say aku mo pipis dolo…
pace : yo sudah,ko pigi ke blakang sana baru ko kincing sudah.
tralama bgini pace ko dengar bukan suara kincing tp bunyi kontoh. tra lama bgini mace ko kluar bru pace ko tanya : mace td katanya ko mo pipis tapi ko malah kontoh kah???
mace ko jawab : Say dimana-mana itu sbelum hujan pasti ada guntur dulu kan???

JALAN KE SURGA
jadi.. hari minggu pagi, pendeta dari kota de khotbah di salah greja di kampung.
dalam de pu khotbah, pace pendeta dia kasih ilustrasi tentang kerajaan sorga.
Pendeta bilang begini: ” Jemaat skalian, jalan ke surga itu tidak mudah.. jalanya berliku-liku dan penuh lubang dan batu-batu tajam…”
pendeta blom selesai bicara, paitua satu su badiri dari bangku blakang trus bicara:” Sooo, bapa pandeta… baru… derma yang kitong kumpul tiap munggu itu utk apa? kam tra pake bikin bae jalan itu kah? ..”

ade_wiwik26@yahoo.com