PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup yang mempunyai organ tubuh yang sangat kompleks yang dikendalikan di suatu bagian yang terdapat di dalam tulang tengkorak yang dikenal dengan nama otak. Untuk mengetahui apa saja yang berada dalam otak serta apa saja fungsinya, kita perlu mempelajari suatu ilmu dabang ilmu biologi, yaitu anatomi dan fisiologi.
Anatomi dan fisiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari bagian-bagian tubuh dan fungsi tubuh manusia. Memahami anatomi dan fisiologi tubuh manusia umumnya dan Sistem persarafan pada khususnya akan mempermudah perawat dalam melakukan asuhan keperawatan klinik, karena dengan pengenalan yang optimal terhadap konsep system persarafan dapat membantu perawat merencanakan kebutuhan yang sesuai dengan yang dikeluhkan klien kepada perawat.
Anatomi dan fisiologi system persarafan meliputi otak, meningen, serebrum, diensefalon, spinal cord, cerebellum, cairan cerebrospinal, sinaps transmission, system saraf perifer, system saraf autonom, cataneous sensory receptor, neurobiokimia, dll. Yang akan kami bahas dalam makalah kami adalah diensefalon.
1.2. Rumusan Masalah
Mengindentifikasi anatomi dan fisiologi dari diensefalon.
1.3. Manfaat
Dengan mempelajari tentang anatomi fosiologi diensefalaon kita semua dapat mengetaui serta memahami tentang system persarafan umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system persarafan khususnya.
1.4. Tujuan
Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari diensefalon
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Diensefalon
Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk mernyatakan struktur-struktur disekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsangan tersebut.
Gambar 1.1. Hubungan anatomi diensefalon dengan batang otak. (a) Dari sisi lateral, (b) dari sisi posterior.
2.1.1. Talamus
Talamus terdiri dari dua struktur, ovoid besar (dapat dilihat pada Gambar 1.1), masing-masing mempunyai kompleks nukleus yang saling berhubungan dengan korteks serebri homolateral, serebelum, dan dengan berbagai kompleks nuklear subkortikal seperti yang ada dalam hipotalamus, formasio retikularis batang otak, ganglia basalis, dan mungkin juga substansi nigra. Talamus merupakan stasiun penghubung yang penting dalam .otak dan juga merupakan pengintegrasi subortikal yang penting. Gambar 1.2 menggambarkan pembagian dari area-area thalamus dan Tabel 1.1 mendeskripsikan fungsional pada setiap pada setiap area dari thalamus.
Semua jarak sensorik utama (kecuali sistem olfaktorius) membentuk sinaps dengan nukleus talamus dalam perjalanannya menuju korteks serebri. Bukti-bukti menunjukkan bahwa talamus bertindak sebagai pusat sensasi primitif yang tidak kritis, dan individu secara samar dapat merasakan nyeri, tekanan, raba, getar, dan suhu yang ekstrim. Diskriminasi sensorik yang lebih halus memerlukan resolusi kortikal, tetapi respon emosional terhadap rangsangan sensorik mungkin terintegrasi pada tingkat talamus. Selain fungsinya sebagai pusat sensorik primitif, talamus juga berperan penting dalam integrasi ekspresi motorik oleh karena hubungan fungsinya terhadap pusat motorik utama dalam korteks motorik serebri, serebelum, dan ganglia basalis.
Tabel 1. 1. Area dan Fungsi dari Talamus
Area Fungsi
Anterior Bagian dari system limbic
Medial Integrasi dari informasi sensorik untuk lobus frontal
Ventral Memproyeksikan informasi sennsorik menuju korteks sensorik utama, mentramsmisikan informasi dari serebelum dan nucleus serebri ke area motorik dari korteks serebri
Posterior
Pulvinar Memproyeksikan informasi sensorik yang terintegrasi dan ditujukan ke area asosiasi korteks serebri
Nukleus genikulasi lateral Memproyeksikan informasi visual ke korteks visual
Nukleus genikulasi medial Memproyeksikan informasi visual ke korteks auditori
Gambar 1.2. Talamus. (a) Gambaran posisi lateral dari otak, terlihat posisi dari thalamus. Area berwarna dari korteks sensori serebri merupakan area-area yang diterima dari thalamus, (b) gambaran nucleus thalamus yang diperbesar dilihat dari sisi kiri.
2.1.2. Hipotalamus
Hipotalamus terletak di bawah talamus. Hipotalamus berikatan dengan pengaturan rangsangan sistem susunan saraf autonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Beberapa fungsi dari hipotalamus meliputi :
1. Pengendalian secara tidak sadar dari kontraksi otot-otot skeletal
Hipotalamus secara langsung bersosialisasi dengan somatic motorik terhadap respons dari emosional seperti marah, senang, sakit, respons seksual dengan menstimulasi pusaat control otak. Contohnya adalah perubahan dari ekspresi wajah dengan respons yang sesuai dengan stimuli yang didapat.
2. Pengendalian fungsi otonom
Penyesuaian dan koordinasi dari hipotalamus terhadap aktivitas pusat otonom di dalam pons dan medulla oblongata akan mengatur denyut jantung, tekanan darah, respirasi, dan fisiologi saluran cerna.
Gambar 1.3. Hipotalmus dilihat secara melintang
Tabel 1.2. Tabel komponen dan fungsi hipotalamus
Area Fungsi
Nukleus supraoptik Sekresi ADH
Nukleus Paraventikular Sekresi Oksitosin
Area Preoptikus Regulasi suhu tubuh
Cabang cinereum dan medial utama Melepaskan hormon-hormon yang mengendalikan sel-sel endokrin dari kelenjar hipofifis anterior
Pusat otonom Kontrol terhadap regulasi denyut jantung dan tekanan darah
Badan Mamilari Kontrol reflex-refleks
3. Koordinasi aktivitas sisten persarafan dan endokrin
Koordinasi ini dilakukan dengan menghambat atau menstimulasi sel-sel kelenjar hipofisis untuk memproduksi hormone regulator.
4. Sekresi hormone
Hipotalamus menyekresi 2 hormon, yaitu :
Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon oksitosin
Hormon-hormon ini ditransportasikan pada sepanjang akson-akason yang melewati infundibulum menuju kelenjar hipofisis posterior dan dilepaskan ke sirkulasi.
5. Menghasilkan dorongan emosi dan perilaku
Pusat hipotalamus secara spesifik memproduksi sensasi secara sadar atau tidak sadar akan perubahan perilaku.
6. Koordinasi antara fungsi otonom dan volunter
Ketika kita mengalami situasi bahaya atau stress, maka denyut jantung dan frekuensi pernapasan meningkat untuk menyesuaikan kondisi tubuh terhadap situasi darurat.
7. Mengatur suhu tubuh
Area preoptik memelihara suhu tubuh dalam kondisi normal. Apabila suhu tubuh turun maka area preoptik akan mengirim instruksi ke pusat vasomotor di medula dan control aliran darah akan mengatur diameter pembuluh darah perifer menjadi vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas tubuh.
2.1.3 Subtalamus
Subtalamus merupakan nukleus motorik ekstrapiramida yang penting. Subtalamus mempunyai hubungan dengan nukleus rubra, substansi nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis. Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang di sebut hemibalismus. Hemibalismus ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Gerakan infoluntar biasanya lebih nyata daripada tangan kaki.
2.1.4 Epitalamus
Epitalamus adalah pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Struktur utama daerah ini adalah nukleus habenulare dan komisura, komisura posterior, stria medularis, dan badan pinealis. Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan agaknya berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi melatonin dan membantu mengatur irama sirkadian tubuh dan menghambat hormon-hormon gonadotropik. Pada anak laki-laki, destruksi badan pienalis oleh tumor dapat mengakibatkan pubertas dini.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk mernyatakan struktur-struktur disekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon dibagi menjdi empat wilayah, yaitu thalamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus.
Talamus yang merupakan stasiun transimiter yang penting dalam otak. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari system susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Subtalamus dapat menimbulkan diskinenia dramatis yang disebut hemibalismus. Sedangkan epitalamus berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
3.2. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai anatomi fisiologi diensefalon, diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang antomi serta fisiologi dari diensefalon. Dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya.
Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami anatomi fisiologi diensefalon, karena diensefalon merupakan bagian dari system persarfan, maka penting sekali kita memahainya.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
http://.www.kampoengilmoe.blogspot.com/AnatomiFisiologi
http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar