Sepakbola menjadi magnet terbesar di belahan dunia manapun. Baik cerita di dalam lapangan hijau itu sendiri, maupun kisah-kisah di luarnya. Sepakbola yang seringkali kita pahami adalah sebuah kompleksitas antara olahraga dan bisnis. Meski demikian, realitas tak berhenti pada dua tema itu, karena bagi sebagian umat di bumi ini, sepakbola juga bercerita tentang fanatisme.
Bahkan lebih dari itu, sepakbola telah menjelma menjadi keyakinan. Film Romeo-Juliet yang mengadaptasi karya klasik William Shakespeare ini mengangkat cerita yang diinspirasi dari kisah nyata fanatisme suporter sepakbola di Indonesia. Bagi mereka, sepakbola dan klub yang dibelanya tumbuh menjadi satu keyakinan layaknya sebuah agama.
Fanatisme suporter yang berujung pada aksi kekerasan dan bentrok antarpendukung pun acapkali terjadi di belahan dunia manapun, tak terkecuali di Indonesia, negara yang prestasi tim sepakbola nasionalnya tak beranjak dari keterpurukan.
Andibachtiar Yusuf, penulis naskah dan sutradara film ini, menyatakan, “Fanatisme telah hidup dalam diri para suporter berlandaskan berbagai motif, baik yang rasional maupun yang di luar nalar. Mereka bahkan rela mati demi klub kesayangannya.”
Meski sepakbola identik dengan laki-laki, namun faktanya ribuan suporter fanatik adalah juga kaum perempuan. Pendukung Persija Jakarta melabeli para suporter perempuan mereka dengan nama Jak-Angel, sedangkan Persib Bandung memilih nama Lady Vikers. Pada titik inilah cerita dalam film Romeo-Juliet yang diproduksi oleh Bogalakon Pictures ini menemukan rentetan konflik.
Yusuf yang sebelumnya membesut film The Conductors yang meraih penghargaan Film Dokumenter Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2008, mengaku terinspirasi oleh fenomena tersebut. Menariknya, ia juga menemui banyak cerita cinta di kalangan suporter yang berakhir sedih, karena menjalin percintaan dengan suporter klub musuh. Dalam sudut pandang para suporter, jatuh cinta atau bahkan merajut tali kasih dengan suporter klub musuh merupakan hal yang haram.
Rangga (Edo Borne) adalah seorang Jakmania yang jatuh cinta pada Desi (Sissy Prescillia) yang seorang Lady Vikers. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama saat terjadi bentrokan berdarah antara Jakmania versus Viking. Rangga memutuskan untuk pergi ke Bandung untuk bertemu Desi. Bagi kawan-kawan dekatnya, kepergian Rangga ke Bandung seperti layaknya menyetorkan nyawa pada Viking. Rangga pun di-cap sebagai pengkhianat oleh para Jakmania. Sedangkan Desi mengalami penolakan keras tatkala keluarganya tahu bahwa ia menjalin kasih dengan seorang Jakmania. Apalagi Parman (Alex Komang)—kakak Desi---adalah pemimpin Viking.
Secara jenius, film ini memindahkan perseteruan kisah aslinya antara keluarga Montague dan Capulet menjadi perseteruan antara Jakmania Jakarta dan Viking Bandung, yang memang memiliki historis perseteruan yang hebat. “Hubungan cinta mereka ditentang oleh kedua pihak, Jakmania dan Viking. Mereka memutuskan untuk lari ke tempat yang aman dari permusuhan ini. Kota Malang menjadi tujuan mereka, karena pada kenyataannya memang Aremania, pendukung Klub Arema, tidak bermasalah dengan Jakmania maupun Viking. Namun dua sejoli ini tetap dikejar untuk dipisahkan oleh para Viking,” jelas Yusuf.
Secara keseluruhan, Romeo-Juliet berhasil menggambarkan secara jitu, bahwa kisah cinta sejati dua sejoli adalah noda bagi sebuah perseteruan yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar