Selasa, 15 Desember 2009

DUNIA Diam tanpa Kata

Rangkaian huruf itu tersusun rapi
Mengalir bagai air
Diam seribu bahasa
Tanpa kata, Tanpa Cinta

Kau hadir bagai lentera
Cahaya berpijar ke Penjuru arah
Ustadku mengapa kau diam tanpa kata
Membuatku kikuk tak bermakna

Hari ini kusapa dengan mesra
Mencoba untuk bernostalgia dengannya
Tapi apakah ini sia-sia
Jawabnya tak seperti yang kuminta

Setiap hari kita bersua
Bertukar cerita, berbagi suka
Bukankah begitu seharusnya
Tapi ternyata hanya hampa yang kurasa

Beda tempat beda berita
Baiklah, lain kali kucoba …

Surat cinta dariku

Jika kau adalah sahabatku, maka inilah sebuah pesan yang sudah begitu lama ingin ku sampaikan padamu …

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Dari lubuk hatiku yang paling dalam
menyeruak satu sumpah, sebagai bagian dari rasa syukurku yang agung. Sungguh,
kebahagian utamaku berada dalam setiap tegur sapa, canda riang dan
nasihat-nasihat antum.

Ikhwan dan akwat fillah …

Perenungan panjang malam ini
mengantarkan kesadaran suci akan besarnya nilai antum bagiku. Dalam setiap
interaksi pangjang aktivitas kita selalu ada keyakinan akan hidup yang
bernilai. Ingin kusampaikan dengan jujur, nilainya lebih utama bagiku dari dunia
dan segala isinya. Itulah mengapa dipenghujung harapanku selalu terselip
permohonan semoga Allah mengekalkan nikmat ini bagiku.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Ijinkan aku mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada antum, atas semua perhatian dan cinta kasih yang antum
berikan. Bagiku, antum adalah harta terbesar dari kehidupan yang miskin hari
ini. Ketika ketulusan dicabut dari hati-hati manusia, antum hadir dengan senyum
ikhlas dan do’a keselamatan, senantiasa bersedia menampung semua keluh kesah
dan kelemahan hatiku, serta selalu ridho menerima semua keterbatasan diriku.
Antum sepenuh perhatian membuatku bahagia.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Laksana berlian, seperti itulah
rasa cinta yang keluar dari setiap sudut hatiku. Ingin kusematkan ke dalam
setiap jiwa antum dengan peniti keikhlasan. Kan kujaga agar tetap bersinar,
bersih dari debu-debu prasangka dan pamrih dunia. Karena itu pula aku mohon bantu
aku untuk menjaganya. Bukankah cara yang terbaik adalah tetap menjaga
langkah-langkah kita di dalam jalan dakwah ini.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Dunia serasa runtuh dan langit
seolah terbelah. Begitulah selalu suasana hatiku ketika ada di antara kita yang
harus tersisih dari jalan ini. Ingin rasanya kutebus dengan segenap jiwaku.
Agar dapat kau lihat merah darahnya yang bercahaya karena marah. Kecewa dengan
segenap kelemahan diri. Seolah ingin menegaskan, katakanlah alas an engkau
berpaling maka akan aku bayarkan dengan yang jauh lebih baik dan suci.

Ikhwan dan akhwat fillah …

Dari
lubuk hatiku yang paling dalam menyeruak satu sumpah, sebagai bagian dari rasa
syukurku yang agung. Sungguh kebahagian utamaku berada dalam tsetiap tegur
sapa, canda riang, dan nasihat-nasihat antum. Biarlah kita renda selalu
kebersamaan yang suci ini. Karena Rasulullah saw bersabda
Para wali abdal umatku tidak akan masuk
surga karena banyaknya sholat mereka, tidak pula karena puasa. Akan tetapi
mereka akan masuk surga karena dada yang selamat, jiwa yang pemurah, dan

Di Persimpangan aku kini

Terasa berat beban terangkat saat ini
Sepertinya diriku dipersimpangan yang tak tentu arah
Antara hak dan kewajiban memang beriringan dan bersinergi
Tapi aku selalu diposisi ini

Mungkin kalian tak akan pernah mengerti
Karena memang tak pernah kubagi beban ini
Belum pernah kutemukan labuhan hati ini berbagi
Karena hanya kesalahan yang akan kutemui dan cemo-ohan lagi-lagi

Setiap kata kini tak lagi berarti
Entah sampai kapan akan seperti ini
Doakan ya akhi …
Semoga saja nanti …

UKHUWAH, kau di mana?

Kucoba merangkai kembali kata demi kata, walaupun ku tahu rasanya cukup sudah, bahkan HENTIKAN sajalah segalanya!!! Biar tak kurasakan lagi perihnya luka ini …
Akhi fillah … ? (Siapapun itu yang berhak menyandangnya). UKHUWAH kini tak lagi berkesan, karena hanya sebatas lisan, bahkan cenderung menjadi beban !. Bak’ malam tanpa hadirnya sang rembulan. Hal ini mengingatkanku pada bait-bait syair yang begitu mengesankan dari team nasyid negeri Jiran “Brother” …
“Selama ini ku mencari-cari
teman yang sejati
buat menemani perjuangan suci
Bersyukur kini pada-Mu Ilahi
Teman yang dicari selama ini
Telah kutemui … “
INDAH bukan !!!
Akhi … tapi sayangnya sampai saat ini pencarianku belum mendapatkan hasil. Kawan yang dicari bahkan belum kutemui sama sekali, bahkan semuanya ‘semu’, fatamorgana, hanya angan…
Bukan … Bukan ku tak bersyukur atas segala yang telah kuterima selama ini. Hanya saja banyaknya kawan yang saat ini ada di dekatku, apakah berfikiran yang sama denganku?Itu yang belum bisa kuterima. Luruhnya asa demi asa saat berinteraksi dengan mereka, entah mengapa ?
Saat kewajiban dan hak UKHUWAH itu tak lagi terjaga, maka yang terjadi hanyalah prasangka, dan itu yang KURASA …
Rabbi … Bantu aku untuk menemukannya …?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar