Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan kepada orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya.
Penyebab DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu Den 1, 2, 3, dan 4. virus dengue dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam-macam dari asimtomatik sampai fatal. Demam dengue atau dengue fever (DF) merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedang DBD atau dengue hemorrhagic fever / dengue shock syndrome (DHF/DSS) merupakan manifestasi klinik yang berat. Penelitian patogenesis sampai sekarang merupakan penelitian yang sangat menantang. Hal itu disebabkan teori patogenesis yang bermunculan belum mampu menerangkan secara tuntas fenomena klinik yang terjadi.
Menurut sejarah perkembangan patogenesis DBD dalam kurun waktu hampir seratus tahun ini, dapat dibagi dua teori patogenesis, yaitu : pertama virus dengue mempunyai sifat tertentu, dan yang kedua pada manusia yang terinfeksi mengalami suatu proses imunologi yang berakibat kebocoran plasma, perdarahan, dan pelbagai manifestasi klinik. Dapat pula kemungkinan patogenesis campuran dari kedua mekanisme tersebut.
Nyamuk Penular Penyakit DBD
Nyamuk Aedes aegypti mulanya berasal dari Mesir. Hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, minuman kosong, air tandon, air tempayan atau gentong, kaleng dan ban bekas. Tersebar luas di kota maupun desa kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter dari permukaan laut.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit dan menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan.
Umur nyamuk betina sekitar antara 2 minggu sampai 3 bulan, rata-rata 1 ½ bulan. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40 - 100 m dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda tergantung seperti gorden, kelambu, baju dikamar yang gelap dan lembab.
Mengenali Gejala Penyakit DBD
Dalam mengenali DBD, beberapa indikator yang penting perlu mendapat perhatian antara lain :
Tanda dini infeksi dengue
· Demam tinggi
· Facial flushing
· Tidak ada tanda ISPA
· Tidak tampak fokal infeksi
· Uji Tourniquet positif
· Trombositopenia
· Hematokrit naik
Indikator fase syok
· Hari sakit 4-5
· Suhu turun
· Nadi cepat tanpa demam
· Tekanan nadi turun/hipotensi
· Leukopeni < 5000/mm3
WHO (1997) memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini, disamping menentukan derajat beratnya penyakit :
Klinis
· Demam mendadak tinggi
· Perdarahan (termasuk uji bendung +) seperti petekie, epistaksis, hematemesis, dan lain-lain
· Hepatomegali
· Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ? 20 mmHg, atau hipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
Berat penyakit
· Derajat I : demam dengan uji bendung +
· Derajat II : derajat I ditambah perdarahan spontan
· Derajat III : nadi cepat dan lemah, tekanan nadi ? 20 mmHg/hipotensi
· Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur.
Laboratoris
· Trombositopenia (? 100.000/ul)
· Hemokonsentrasi (kadar Ht ? 20% dari normal).
Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk menegakkan DBD.
Manifestasi Klinis
Ø Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus berlangsung 2-7 hari, naik turun , tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 derajat Celcius dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga demam. Hari ke-3, 4, 5 adalah fase kritis yang harus dicermati dan pada hari ke-6 dapat terjadi syok. Kemungkinan terjadi perdarahan karena kadar trombosit sangat rendah (<20.000/ul).
Ø Tanda-Tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada DBD ialah trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravakular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji Rumple leede (+), petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena, dan hematemesis. Pada anak yang belum pernah mengalami mimisan , maka mimisan adalah tanda penting.
Ø Hepatomegali
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 24 cm dibawah lengkung iga kanan. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba sampai teraba, dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar daripada anak kecil.
Ø Kegagalan Sirkulasi (Syok)
Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak memburuk setelah beberapa hari demam. Pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara hari sakit ke3-7 terdapat tanda kegagalan sirkulasi , kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok beberapa pasien tampak sangat lemah, dan gelisah,. Sesaat sebelum syok seringkali pasien mengeluh nyeri perut.
Pada kasus yang ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral ekstremitas teraba dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat sementara dan pasien akan sembuh spontan setelah pemberian cairan dan elektrolit
Manifestasi klinis renjatan pada anak terdiri atas :
· Kulit pucat, dingin, lembab terutama pada ujung jari kaki , tangan dan hidung
· Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat-laun kesadarannya menurun menjadi
apatis, sopor dan koma
· perubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya
· tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang
· tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang
· jumlah urine yang dikeluarkan sedikit.
Manifestasi klinik lainnya :
· Nyeri perut : keluhan yg timbul sebelum renjatan ( terutama di daerah ulu hati)
· muntah, diare atau obstipasi
· Sakit kepala
Komplikasi DBD
a) Ensefalopati Dengue
b) Acute Tubular Necrosis (ATN)
c) Edema Paru
d) Diare
Pengobatan DBD
Terapi DBD dibagi menjadi 4 bagian :
1) Tersangka infeksi dengue,
2) DBD derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit,
3) DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%,
4) DBD derajat III dan IV.
Pengobatan DBD dilakukan dengan terapi cairan dan obat penurun panas. Dan segera langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.(LUQ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar